Tuesday, September 29, 2015

Bergulat Dengan Impian

Baru di sadari, sejak kecil punya hobi baca. saat SD suka baca buku-buku kisah pahlawan mulai Tuanku Imam Bonjol, Kapitan Patimura, sampai RA Kartini walaupun udah gak ingat isi cerita-nya, saya masih ingat ketika di tegur guru karena membaca buku saat ulangan semester. waktu itu saya sudah selesai mengerjakan soal, tapi tidak diizinkan keluar kelas daripada melamun saya melanjutkan membaca buku.
berlanjut di akhir SD, di sekolah tempat mamah saya mengajar sering mendapat majalah horison gratis setiap bulan mendapat 3/4 eksemplar. dan diam-diam saya mengambil 1 eksemplar dan membcanya di ruangan mamah. melihat hoby saya itu, tanpa harus diam-diam setiap bulan mamah selalu menyisihkan 1 majalah Horison untuk saya. kadang mata berkaca-kaca kalau melihat anak kecil suka membaca. meskipun suka membaca saya bukan anak yang mendapat ranking di sekolah, saya lemah untuk pelajaran hitung menghitung. 

ketika memasuki SMP, dimana saat-saat anak remaja yang baru besar penasaran dengan duni baru. saya lebih suka mengunjungi perpustakaan sekolah, ketimbang mencoba menjalin kasih dengan lawan jenis, bolos sekolah dan main ke mall, atau nyinyir-nyinyiran dengan sesama teman wanita. tetapi saya tidak terlalu introfert saya memiliki cukup banyak teman. di akhir SMP, selai menggambar saya mulai mencoba menulis cerpen, pernah sekali saya mengirim ke Redaksi Majalah Gadis namun setelah berbulan-bulan tak ada kabar, saya di kejutkan dengan selembar kartu pos dari Redaksi Majalah tersebut, walau isinya berupa penolakan tetapi rasanya sangat senang setidaknya karya saya sempat terjamah oleh tangan redaksi. keesokan hari-nya saya membawa kartu pos itu ke sekolah dan menunjukkannya ke teman-teman, dan respon mereka cukup baik. walau isinya penolakan, tetapi mereka terus menyemangati saya. apa akan sama jadinya buat pasangan kekasih yang baru putus, lalu sang wanita memperlihatkan sms kata-kata putus dari mantan pacarnya? hahaha.. 

lulus SMP, di barengi badai besar yang menimpa kehidupan saya, masa muda saya, dan hari-hari saya seperti absurd ketika menginjak bangku SMA dan menjadi pengunjung setia perpustakaan adalah cara terbaik untuk melupakan sejenak berbagai masalah, apalagi di Perpustakaan sekolah saya itu tersedia novel-novel teenlet yang terbaru. berbeda dengan perpustakaan SMP yang lebih didominasi oleh buku terbitan Balai Pustaka dan Ensiklopedia pengetahuan umum. 
dan saya juga mulai menulis lagi, cerpen-cerpen yang saya tulis di buku tulis (karena komputer rusak, dan tidak punya laptop) beberapa judul selesai saya buat hingga berganti buku tulis, namun saya tidak pernah membiarkan orang lain membacanya. karena saya malu, dan tidak percaya diri. suatu hari adalah puncak dari permasalahan yang menimpa saya membuat saya marah, dan semua buku-buku tulis itu saya robek dan bakar. memang tidak bijak apa yang telah saya lakukan, sehingga saya kehilangan dokumentasi cerpen-cerpen saya. 

memasuki masa kuliah, bisa di bilang saya salah jurusan. karena isen-iseng daftar di Politeknik, dan ternyata saya di terima di kampus yang statusnya di bawah kementerian itu. 
dan saya seperti zombie berjalan karena diawal kuliah saya tidak mengerti sama sekali apa yang saya perlajari, anak IPS yang harus mempelajari Biologi, Kimia, Fisika,, woooww... 
disela-sela kuliah, saya semakin giat menulis meskipun saya duduk di kursi paling depan dan berhadapan langsung dengan dosen, tak lantas membuat saya konsentrasi menyimak. tangan saya terus bergerak menggoreskan tinta pena diatas kertas, bukan mencatat mata kuliah tapi menulis cerpen atau Novel yang tak pernah selesai. 
sehingga meskipun saya terlihat seperti mencatat, kenyataannya teman saya yang mengetahui kebiasaan saya itu tak pernah meminjam catatan saya. 
kadang buku tulis saya sering di curi oleh teman, untuk membaca cerita yang saya tulis. karena saya tak pernah mengizinkan siapapun membaca tulisan saya. 
sampai akhirnya teman-teman saya membujuk saya agar percaya diri, dan mau mempublikasikan tulisan-tulisan saya. sehingga saya membuat blog, tapi sayang terjadi kendala sehingga saya tidak dapat membuka blog saya kembali. 
gayung bersambut, beberapa kali majalah kampus meminta saya untuk menulis cerpen di majalahnya. dengan malu-malu saya menyerahkan cerpen itu ke redaksi, tapi setelah itu saya lantas menutup mata dan telinga takut mendengar kometar-komentar yang buruk. tetapi saya tidak mendengarnya, selain acungan jempol dari teman-teman yang mengapresiasikan karya saya. 

benar kata seorang ahli, bahwa menulis bukan anugerah yang turun begitu saja. tetapi harus tetap dilatih agar kualitas sebuah tulisan menjadi lebih baik, dan banyak membaca untuk menambah wawasan dan kosakata. itu semua sempat tersendat saat saya mencoba kerja di kantoran, pergi pagi dan pulang malam. saya masih suka membaca namun untuk menulis tubuh ini terlalu lelah untuk membuka laptop. namun saya merasa seperti tak sempurna, saya melakukan pekerjaan dengan terpaksa bahkan saya sering mendapat nasehat orang agar mensyukuri apa yang sudah saya dapatkan namun terasa ada ganjalan. saya terus menjalaninya dengan harapan saya menjadi lebih baik, namun kinerja kerja saya semakin menurun, dan saya merasa sakit entah dibagian mana. 

suatu hari saya diajak bekerja di pulau Natuna, tentunya akan sangat berbeda dengan suasana kerja di Jakarta dari segi material ataupun fisik. maksudnya, di pulau kecil ini hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di tempat kerja. dan segi penghasilan, untuk pekerja non PNS jauh di bawah penghasilan karyawan swasta di Jakarta. 
sempat menyesal, namun suatu hari saya merenung. apabila saya kembali ke Jakarta apa yang akan saya lakukan? mencari pekerjaan dari awal? ah ayolah,, di tengah isu phk dimana-mana pastinya sulit untuk mendapat pekerjaan dengan mudah. lalu saya berfikir flashback, mengenai impian saya dan cita-cita saya semasa sekolah. 

saya ingin menjadi penulis, bekerja di rumah, dan berkutat dengan laptop dan melatih kelihaian dalam menulis. itu semua seperti sangat relefan dengan diri saya, okey.. mungkin akan sulit untuk memulainya kembali. tetapi saya sangat yakin, bahwa menulis adalah jatidiri saya. 
saya sadar akan banyak intervensi, atau komentar miring dengan keputusan saya. karena masih banyak orang yang berpikir kalau menulis tak bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan bekerja kantoran itu lebih kerena daripada bekerja di tempat yang berpindah-pindah / nomaden. ya tapi bukan-nya rezeki sudah diatur oleh sang pencipta? asalkan berusaha, dan berkemauan kuat pasti akan ada jalan keluarnya. 

dan saya tak ingin lagi berpindah-pindah, loncat dari impian satu ke impian lain-nya. saya ingin menjadi penulis seperti Dee, Andrea Hirata, Pramoedia, Tere Liye, yang begitu apik merangkai kata-kata sehingga menghasilkan karya yang indah. 

ah,,, tak terasa sudah terlalu panjang menulis. semoga ada nilai positif yang terkandung dalam tulisan ini, apabila tidak mohon dimaafkan :)

Terimakasih. 

No comments:

Post a Comment