Wednesday, September 30, 2015

Pelabuhan Selat Lampa

ya,, sudah menjadi tradisi keluarga kami yang tak betah diam dirumah. selalu ada saja rencana untuk plesiran, saya menjuluki keluarga saya "otak plesiran" isi bensin penuh jadilah kami sekeluarga keliling Pulau Natuna. tak jarang juga kami menyebut diri kami, "orang Jakarta ("Gila")" karena selalu ada saja tempat yang kami jelajahi yang belum tentu di pikirkan oleh orang lain. 

kali ini tempat yang akan kami jelajahi adalah Selat Lampa yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal saya Ranai Darat. Perjalanan kurang lebih di tempuh selama 2 Jam tanpa macet tentunya, dan jalanan sangat sepi kadang hanya mobil kami yang melaju sendiri di jalanan. kanan kiri masih banyak pepohonan, untuk sampai ke tempat ini kami melewati beberapa tempat seperti SP dimana banyak para transmigran dari Pulau Jawa yang bercocok tanam di tempat ini, dan Desa Cemaga yang dianugerahi pantai yang indah. sayangnya banyak jalanan yang masih dalam tahap perbaikan seperti jebatan-jembatan yang sedang di perbaiki, sehingga jalan kami di alihkan. salah satu jembatan yang tidak bisa dilewati mengharuskan kami melalui jalan buangan yang sangat jauh dan memutar, sesampainya kembali di jalan raya ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat awal kami berbelok. 




Selat Lampa merupakan salah satu Pelabuhan di Kabupaten Natuna, tempat kapal KM. Bukit Raya bersandar dengan tujuan antar pulau atau keluar pulau seperti ke Jakarta. untuk mencapai tempat ini kami melewati jalan yang cukup terjal, konon katanya untuk membuat jalan ini sebuah gunung/bukit harus di bom untuk membelah jalan. tak heran jalanan ini menanjak dan berliku, bagi pengendara yang baru bisa tidak di sarankan untuk mengemudi di wilayah ini. saya sempat menunjungi Selat Lampa di malah hari, inilah yang saya katakan bahwa keluarga saya sedikit "gila" jalanan saat itu sangat gelap, dan penerangan hanya sebatas lampu jalan yang temaram dan lampu mobil. dan lebih gila-nya lagi, kami harus bersaing dengan mobil Truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, tidak 1 atau 2 mobil tapi puluhan mobil truk yang berlalu lalang dengan kecepatan cukup tinggi. 



disarankan bila tujuan utamanya untuk bersantai lebih baik datang saat siang hari, namun bila ingin menguji nyali atau wisata ekstrim bisa datang pada malam hari. 


disepanjang perjalanan kami yang berliku-liku kami berjumpa dengan sekawanan monyet / kera saya tidak tahu mana perbedaannya. mereka sedang duduk santai di pinggir jalan, bahkan terkadang mereka jalan tidur di tengah jalan. niatnya kami ingin memberi makan, namun mengingat mereka hewan liar takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 

setibanya di Pelabuhan Selat Lampa, kami di sambut oleh kabut asap kiriman yang masih menguasai langit Natuna menutup langit yang biasanya biru tanpa awan. juga seharusnya pada gambar diatas terlihat Pulau Tiga yang letaknya bersebrangan dengan Selat Lampa ini. 


sepengetahuan saya, Selat Lampa adalah tempat bersandar Kapal Penumpang KM. Bukit Raya. namun saat itu entah jenis kapan apa yang bersandar. mereka sedang melakukan bongkar muat. 





untuk beristirahat sejenak, kami mengunjungi warung makan yang menyediakan beberapa menu makanan. namun kami tertarik dengan Mie Instant yang hangat dan sedikit pedas untuk menghilangkan sedikit mual karena perjalanan yang cukup jauh dan berliku-liku. 

warung makan di sana bukan hanya menyediakan menu makanan, tetapi pemandangan yang sangat mengesankan. di tempat itu juga kami pertemu dengan 3 orang anak muda dari Jakarta yang sedang membunuh waktu menunggu KM. Bukit Raya yang di jadwalkan akan tiba pada pukul 22.00WIB. setelah makan selesai, kami terkejut dengan harga Mie Instant yaitu Rp.15.000,- WOW.. ya mungkin ini sebanding dengan view yang di berikan. 

setelah itu, kami pulang dan melewati jalan yang sama. perjanan ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa bosan, dan pikiran menjadi fresh kembali.

Sedikit Tips dari saya apabila mau menempuh perjalanan menuju Selat Lampa:
1. Makan dan Minum yang cukup, jangan sampai perut kosong diisi oleh angin. ini adalah perjalanan kami yang kedua, saat perjalanan pertama kakak saya sedikit mabok karena tidak sempat makan dan minum. 
2. Apabila memiliki riwayat mabok darat sebaiknya minum obat anti mabok terlebih dahulu untuk berjaga-jaga. 
3. Siapkan kamera, karena selalu ada pemandangan yang menakjubkan. 
4. Jaga kebersihan, jangan buang sampah sembarangan.

oh ya, untuk foto wanita dengan anak bayi itu bukan foto saya, tetapi foto kakak dan keponakan saya yang mulai banci kamera. 

Sekian dari saya, nantikan perjalanan lain-nya masih di Pulau Natuna, Indonesias. 
Thanks 
Anita Mayang 

Tuesday, September 29, 2015

Bergulat Dengan Impian

Baru di sadari, sejak kecil punya hobi baca. saat SD suka baca buku-buku kisah pahlawan mulai Tuanku Imam Bonjol, Kapitan Patimura, sampai RA Kartini walaupun udah gak ingat isi cerita-nya, saya masih ingat ketika di tegur guru karena membaca buku saat ulangan semester. waktu itu saya sudah selesai mengerjakan soal, tapi tidak diizinkan keluar kelas daripada melamun saya melanjutkan membaca buku.
berlanjut di akhir SD, di sekolah tempat mamah saya mengajar sering mendapat majalah horison gratis setiap bulan mendapat 3/4 eksemplar. dan diam-diam saya mengambil 1 eksemplar dan membcanya di ruangan mamah. melihat hoby saya itu, tanpa harus diam-diam setiap bulan mamah selalu menyisihkan 1 majalah Horison untuk saya. kadang mata berkaca-kaca kalau melihat anak kecil suka membaca. meskipun suka membaca saya bukan anak yang mendapat ranking di sekolah, saya lemah untuk pelajaran hitung menghitung. 

ketika memasuki SMP, dimana saat-saat anak remaja yang baru besar penasaran dengan duni baru. saya lebih suka mengunjungi perpustakaan sekolah, ketimbang mencoba menjalin kasih dengan lawan jenis, bolos sekolah dan main ke mall, atau nyinyir-nyinyiran dengan sesama teman wanita. tetapi saya tidak terlalu introfert saya memiliki cukup banyak teman. di akhir SMP, selai menggambar saya mulai mencoba menulis cerpen, pernah sekali saya mengirim ke Redaksi Majalah Gadis namun setelah berbulan-bulan tak ada kabar, saya di kejutkan dengan selembar kartu pos dari Redaksi Majalah tersebut, walau isinya berupa penolakan tetapi rasanya sangat senang setidaknya karya saya sempat terjamah oleh tangan redaksi. keesokan hari-nya saya membawa kartu pos itu ke sekolah dan menunjukkannya ke teman-teman, dan respon mereka cukup baik. walau isinya penolakan, tetapi mereka terus menyemangati saya. apa akan sama jadinya buat pasangan kekasih yang baru putus, lalu sang wanita memperlihatkan sms kata-kata putus dari mantan pacarnya? hahaha.. 

lulus SMP, di barengi badai besar yang menimpa kehidupan saya, masa muda saya, dan hari-hari saya seperti absurd ketika menginjak bangku SMA dan menjadi pengunjung setia perpustakaan adalah cara terbaik untuk melupakan sejenak berbagai masalah, apalagi di Perpustakaan sekolah saya itu tersedia novel-novel teenlet yang terbaru. berbeda dengan perpustakaan SMP yang lebih didominasi oleh buku terbitan Balai Pustaka dan Ensiklopedia pengetahuan umum. 
dan saya juga mulai menulis lagi, cerpen-cerpen yang saya tulis di buku tulis (karena komputer rusak, dan tidak punya laptop) beberapa judul selesai saya buat hingga berganti buku tulis, namun saya tidak pernah membiarkan orang lain membacanya. karena saya malu, dan tidak percaya diri. suatu hari adalah puncak dari permasalahan yang menimpa saya membuat saya marah, dan semua buku-buku tulis itu saya robek dan bakar. memang tidak bijak apa yang telah saya lakukan, sehingga saya kehilangan dokumentasi cerpen-cerpen saya. 

memasuki masa kuliah, bisa di bilang saya salah jurusan. karena isen-iseng daftar di Politeknik, dan ternyata saya di terima di kampus yang statusnya di bawah kementerian itu. 
dan saya seperti zombie berjalan karena diawal kuliah saya tidak mengerti sama sekali apa yang saya perlajari, anak IPS yang harus mempelajari Biologi, Kimia, Fisika,, woooww... 
disela-sela kuliah, saya semakin giat menulis meskipun saya duduk di kursi paling depan dan berhadapan langsung dengan dosen, tak lantas membuat saya konsentrasi menyimak. tangan saya terus bergerak menggoreskan tinta pena diatas kertas, bukan mencatat mata kuliah tapi menulis cerpen atau Novel yang tak pernah selesai. 
sehingga meskipun saya terlihat seperti mencatat, kenyataannya teman saya yang mengetahui kebiasaan saya itu tak pernah meminjam catatan saya. 
kadang buku tulis saya sering di curi oleh teman, untuk membaca cerita yang saya tulis. karena saya tak pernah mengizinkan siapapun membaca tulisan saya. 
sampai akhirnya teman-teman saya membujuk saya agar percaya diri, dan mau mempublikasikan tulisan-tulisan saya. sehingga saya membuat blog, tapi sayang terjadi kendala sehingga saya tidak dapat membuka blog saya kembali. 
gayung bersambut, beberapa kali majalah kampus meminta saya untuk menulis cerpen di majalahnya. dengan malu-malu saya menyerahkan cerpen itu ke redaksi, tapi setelah itu saya lantas menutup mata dan telinga takut mendengar kometar-komentar yang buruk. tetapi saya tidak mendengarnya, selain acungan jempol dari teman-teman yang mengapresiasikan karya saya. 

benar kata seorang ahli, bahwa menulis bukan anugerah yang turun begitu saja. tetapi harus tetap dilatih agar kualitas sebuah tulisan menjadi lebih baik, dan banyak membaca untuk menambah wawasan dan kosakata. itu semua sempat tersendat saat saya mencoba kerja di kantoran, pergi pagi dan pulang malam. saya masih suka membaca namun untuk menulis tubuh ini terlalu lelah untuk membuka laptop. namun saya merasa seperti tak sempurna, saya melakukan pekerjaan dengan terpaksa bahkan saya sering mendapat nasehat orang agar mensyukuri apa yang sudah saya dapatkan namun terasa ada ganjalan. saya terus menjalaninya dengan harapan saya menjadi lebih baik, namun kinerja kerja saya semakin menurun, dan saya merasa sakit entah dibagian mana. 

suatu hari saya diajak bekerja di pulau Natuna, tentunya akan sangat berbeda dengan suasana kerja di Jakarta dari segi material ataupun fisik. maksudnya, di pulau kecil ini hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di tempat kerja. dan segi penghasilan, untuk pekerja non PNS jauh di bawah penghasilan karyawan swasta di Jakarta. 
sempat menyesal, namun suatu hari saya merenung. apabila saya kembali ke Jakarta apa yang akan saya lakukan? mencari pekerjaan dari awal? ah ayolah,, di tengah isu phk dimana-mana pastinya sulit untuk mendapat pekerjaan dengan mudah. lalu saya berfikir flashback, mengenai impian saya dan cita-cita saya semasa sekolah. 

saya ingin menjadi penulis, bekerja di rumah, dan berkutat dengan laptop dan melatih kelihaian dalam menulis. itu semua seperti sangat relefan dengan diri saya, okey.. mungkin akan sulit untuk memulainya kembali. tetapi saya sangat yakin, bahwa menulis adalah jatidiri saya. 
saya sadar akan banyak intervensi, atau komentar miring dengan keputusan saya. karena masih banyak orang yang berpikir kalau menulis tak bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan bekerja kantoran itu lebih kerena daripada bekerja di tempat yang berpindah-pindah / nomaden. ya tapi bukan-nya rezeki sudah diatur oleh sang pencipta? asalkan berusaha, dan berkemauan kuat pasti akan ada jalan keluarnya. 

dan saya tak ingin lagi berpindah-pindah, loncat dari impian satu ke impian lain-nya. saya ingin menjadi penulis seperti Dee, Andrea Hirata, Pramoedia, Tere Liye, yang begitu apik merangkai kata-kata sehingga menghasilkan karya yang indah. 

ah,,, tak terasa sudah terlalu panjang menulis. semoga ada nilai positif yang terkandung dalam tulisan ini, apabila tidak mohon dimaafkan :)

Terimakasih. 

Monday, September 28, 2015

24 years old

24 tahun..

di usia ini nenek gue sudah nikah sama inyik entah udah punya anak berapa
di usia ini kakak gue sudah melahirkan si bocah kecil muhammad arasyah.

dan di usia ini..
apa yang gue dapatkan?

belum ada...
masih dalam proses

karir
percintaan
masa depan yang masih buram
dan
di usia ini gue masih merasa seperti masih 13 tahun...

bismillah..
semoga tahun kedepan jauh lebih baik
dan lancar segala-galanya..

Thursday, September 24, 2015

Idul Adha di Natuna

Kemarin umat muslim di Indonesia merayakan hari raya Idul Adha, walau ada sedikit perbedaan mengenai penetapan tanggal 10 Dzulhijjah, namun euforia Hari raya qurban tetap terasa 
terutama di Kabupaten Natuna yang melaksanakan Shalat Idul Adha pada tanggal 24 September 2015 kemarin. 

kemi sedikit terlambat karena ada sedikit kendala di rumah, namun kami tetap berangkat dan merasa ragu-ragu apakah kami akan terlambat atau tidak. saya dan keluarga ingin melaksanakan Shalat Idul Adha di Masjid Agung Natuna, masjid kebanggaan rakyat Natuna. 

Melewati beberapa mesjid, khotbah sudah di mulai berarti shalat sudah berlangsung. kami sedikit khawatir, namun mamah mendegar pengumuman di Radio bahwa Masjid Agung melaksanakan Shalat Ied pada jam 07.30 WIB saat itu sudah pukul 07.20 WIB. 

Benar saja, sesampainya di pelataran masjid masih banyak jamaah yang baru datang. saya pun segera mencari tempat di dalam masjid. baru memasuki pintu masjid, Imam sudah melakukan Takbir yang ke dua, saya segera bergegas mengenakan mukena dan memulai shalat. 

saat shalat berlangsung, konsentrasi saya sedikit terganggu dengan suara anak-anak bocah yang menangis, atau bercanda dengan teman-nya. namun tak mengurangi rasa khidmad pelaksaan Shalat Idul Adha tersebut. 











Taken by: Canon Powershoot A3200


Sisa Kabut Asap di Natuna

Beberapa waktu lalu Indonesia di ramaikan dengan pemberitaan kebakaran hutan yang terjadi di Riau dan Kalimantan. Banyak wilayah yang mendapatkan imbas dari kembakaran hutan ini, baik wilayah sekitar Riau atau negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Tak luput dari asap, wilayah natuna yang letaknya cukup jauh dari titik panas juga medapatkan imbasnya. puncak kepekatan asap yang terjadi mengakibatkan di tundanya penerbangan dari Batam menuju Natuna selama dua hari berturut-turut. membuat Gunung Ranai yang biasanya terlihat gagah, kini hilang tak terlihat sama sekali.


beberapa imbas-pun terjadi, seperti yang saya rasakan yaitu batuk dan flu hampir seluruh keluarga saya terkena penyakit ini. berawal dari keponakan saya yang besar, tertular ke keponakan saya yang kecil, lalu tertular ke saya, hingga kakak saya juga ikut terkena flu.

namun kabut asap di tempat ini tidak berlangsung lama, karena hujan turun sangat deras sesudahnya. beberapa hari lalu, di hari minggu bersama keluarga saya menghabiskan waktu sore di Pantai Tanjung, Kabupaten Natuna untuk melepas sore tanpa sinar matahari atau mendung yang menggelayut di langit Natuna.







tidak ada sinar matahari, biasanya memlalui bidikan lensa gambar terlihat cerah namun akibat dampak dari kabut asap. langit terlihat kelabu tanpa awan putih yang biasanya bertaburan di langit Pantai Tanjung. saya merasa seperti di dalam sebuah studio layar biru.

entah sampai kapan suasana akan berlangsung seperti ini, tetapi saya dan juga warga Natuna lain-nya pasti sangat merindukan langit Natuna yang biru dan cerah salah satu hiburan melepas rasa penat dan bosan di Pulau terdepan Indonesia ini.

Wednesday, September 16, 2015

N A T U N A


okey, saya akan memperkenalkan tempat tinggal baru saya saat ini.

Saya tinggal tinggal di Pulau yang letaknya cukup jauh dari manapun, letaknya yang berada di ujung Timur Indonesia kadang sebagian orang mengira pulau ini bukan bagian Indonesia. bahkan di beberapa peta pulau kami tidak berada di gambar tersebut, sebagai contoh salah satu seniman di Indonesia memposting di Instagram-nya gambar mural peta Indonesia yang sangat cantik. tetapi rasa sedih langsung menggelayut ketika mendapati tidak ada gambar pulau kami di peta itu. padahal pada caption-nya ia menuliskan bahwa gambar itu adalah Peta Indonesia.

Memang sih ukuran-nya tidak terlalu besar, kecil seperti upil yang menempel di atas kertas. jadi harap di maklumi, mungkin seniman itu khilaf atau lelah? who knows?



Lihat aja, gak kelihatan kan? itulah tempat tinggal saya saat ini, tempat dimana lingkungan, kultur dan budaya yang berbeda dengan di Jakarta. Pulau yang menyimpan sejuta keindahan yang tidak kalah dengan pulau-pulau lain-nya yang ada di Indonesia. 




ini adalah Pantai Tanjung, tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat Natuna untuk berakhir pekan jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Ranai jadi kalau mau ke tempat ini harus menggunakan kendaraan bermotor,, tempat ini ramai pada hari Sabtu dan hari Minggu. ombak pantai yang tidak besar, cukup aman untuk tempat anak-anak bermain air dan pasir. pantai pasirnya putih, dan lembut. tapi sayang kadang saya maisih menemukan beberapa sampah, bukan sampah Anorganik sih, cuma sampah dari buah kelapa yang jatuh dari pohon, atau bekas pelepah batang Pohon yang tidak di bersihkan. buat yang Jomblo, hati-hati bersedih. selain keluarga, ada juga pasangan kekasih yang berakhir pekan di tempat ini ( hehhee...)


ini adalah salah satu tempat makan yang letak-nya tidak begitu jauh dari pusat Kota Ranai, bertempat di pinggir pantai membuat makan apapun terasa nikmat. 


Duduk di kursi depan, sambil memandangi pemandangan yang kadang hanya kita liat di kalender Bank. snap.. snap.. ini adalah jalan menuju Mesjid Gunung Agung, mesjid kebanggan warga Natuna, dan merupakan masjid terbesar di Natuna. kalau sore hari banyak wisatawan yang mengunjungi tempat ini, selain tempat ibadah di kompleks Masjid Agung ini juga terdapat perkantoran dari beberapa Dinas. Jalan yang cukup besar, kadang juga di gunakan oleh Masyarakat untuk jogging (saya berkali-kali mengumpulkan niat untuk jogging, tapi selalu kalah dengan rasa malas.. hehehe)



Yap, gambar diatas adalah penampakan Gunung Ranai yang ada di Pulau ini. bila cuaca cerah akan terlihat jelas seperti ini, dan beruntung sekali karena ini adalah pemandangan dari rumah kakak saya. kalau sedang suntuk atau bete, cukup keluar dan main di halaman sebelah rumah (tempat saya mengambil gambar). walau dekat dengan pantai, cuaca di rumah kakak saya tidak terlalu panas tapi tidak sesejuk di Puncak, atau Bukittinggi. (mungkin karena letaknya di kaki gunung)


ini adalah salah satu pemandangan sunrise dari pasar Ranai, satu-satunya pasar tradisional yang ada di Pulau ini. menjual berbagai macam sayuran, dan ikan-ikan yang pastinya sangat segar. 



Lihat!! ini dia pemandangan sunset yang menurut saya cetar membahana. Secercah sisa sinar Matahari yang hendak kembali ke peraduan, menyusup celah awan yang cukup tebal. entah apa nama proses alam tersebut, tetapi dari gambar itu pulak menunjukkan betapa besar kuasa sang pencipta. 

Gambar-gambar diatas merupakan gambaran besar dari Kabupaten Natuna, hanya sebagian kecil dari tempat-tempat yang sangat menarik di pulau ini. 

Jangan sedih guys!! karena saya akan posting banyak keindahan-keindahan alam Kabupaten Natuna. 




Friday, September 11, 2015

"Kamu Asli Mana, nit?" ; Saya Orang Indonesia

Suatu hari saya dikenalkan oleh abang saya dengan teman-nya, kita mulai beberapa kali terlibat perbincangan. namun saya lebih merasa seperti sedang di interview di perusahaan, kamu kerja dimana? kamu tinggal dimana? kamu tinggal sama orang tua atau tinggal sendiri? kamu anak ke berapa? kamu asli mana? Lah.. tapi ada benarnya juga orang itu, namanya berkenalan ya seperti ini, kenal semuanya hahaha. sampai akhirnya kita tidak lagi terlibat perbincangan, mungkin kalau menurut perusahaan saya tidak memenuhi kriteria-nya untuk di lanjutkan seperti, : terlalu kekanankan, manja, tidak serius, dan sepertinya belum memikirkan masa depan, dan wajahnya tidak seperti Luna Maya. hahahahaha

ada satu pertanyaan yang saya rasakan adalah kebingungan saat menjawabnya. "kamu asli mana nit?" bila di runut dari awal, sulit untuk menentukan saya asli dari mana.

Berawal dari mamah yang berdarah Solok dan Bukittinggi dan saya menyimpulkan bahwa mamah Asli Minangkabau, sementara Ayah saya sulit untuk mendefinisikannya walau dia selalu mengaku orang Betawi, namun bila di lihat kebelakang kenyataannya tidaklah sesuai. menurut cerita, Kakek saya percampuran Arab dan Pekalongan, sementara Nenek Cina dan Citayam. namun Kakek dan Nenek besar di Kampung Melayu (Bukit Duri tanjakan) dan Ayah lahir dan besar disana. alhasil mereka kental dengan budaya Betawi, walau leluhur mereka bukanlah asli kota Batavia.

so.. bila muncul pertanyaan " Kamu asli mana nit?" saya akan menjawab sesuka hati sesuai dengan keadaan hati. "Dari Betawi", "Dari Bukittinggi", " Betawi Padang", atau "Saya orang Indonesia."

Bila dirinci lebih teliti, saya memiliki banyak darah keturunan yang mengalir di dalam diri saya.
1. Minang 50%
2. Jawa (Pekalongan) 12.5%
3. Cina 12.5%
4. Arab 12.5%
5. Sunda (Citayam) 12.5%

Jadi bila ada yang bertanya kamu asli mana nit?
" saya Orang Indonesia."


Thursday, September 10, 2015

Fall In Love (Bandung)

Entah mengapa saya sangat menyukai Kota Bandung, walau baru dua kali ke tempat ini. tapi Kota Bandung adalah destinasi yang harus saya kunjungi.

" kenapa harus Bandung sih Nit? Mainstream banget ih. setiap weekend kota ini padat sama pendatang dari kota-kota terdekat untuk menghabiskan akhir pekan di Kota ini."

yak betul terlalu mainstream sih.. tapi ya mau agaimana lagi. saya terlanjur jatuh cinta dengan kota ini. bahkan someday saya berharap bisa tinggal di kota ini.

alasannya bukan karena disini banyak distro, karena saya bukan pencinta belanja.

1. Banyak makanan yang unik-unik sepertinya orang Bandung terlahir menjadi kreatif. ada-ada saja makanan - makanan aneh, tapi setelah di makan rasanya nagih terus.

2. saya suka naik angkutan umum (walau macet di beberapa titik, tapi suka aja) sempet ngeri sih setelah nonton serial preman pensiun, menyaksikan trio copet yang beraksi di angkutan umumnya. tapi intinya sih asalahkan kita selalu waspada, dan tidak menggunakan sesuatu yang menarik perhatian insya allah aman-aman saja.

3. suatu hari saya ikut Tes CPNS di kota Bandung, karena dapat waktu tes pagi-pagi jadi saya harus bermalam di kota ini. karena saya tidak pernah naik kereta antar kota, saya merengek ke mamah agar besok kita pulang menggunakan kereta. (padahal banyak mobil travel yang langsung sampai dekat rumah).
setelah Check in di hotel, saya dan mamah berencana pergi ke stasiun Bandung untuk mencari tiket untuk besok.
keluar dari hotel kami berdua harus menyebrang jalan untuk naik angkutan umum ke stasiun, sore itu cukup ramai kita sedikit kebingungan karena mobil terus ramai jadi kita menunggu sampai jalan sedikit lengang. saat baru melangkah, jalanan kembali ramai. ada satu kejadian yang membuat saya terkejut, tiba-tiba seorang pengendara motor berhenti di tengah jalan merentangkan tangannya agar mobil kendaraan di belakang berhenti. lalu pengendara motor itu memberi aba-aba agar kami bisa menyebrang dengan selamat. saya perhatikan tidak ada bunyi klakson dari kendaraan yang terpaksa harus berhenti. stelah kami berdua selesai menyebrang kendaraan jalan seperti biasa.
bayangkan kalau di Jakarta? (no coment deh... hahhhaa)

intinya sih, hampir di semua tempat pasti memiliki keunikan masing-masing. dan mulai merasakan keasikan traveling ke tempat-tempat baru.

sayangnya dokumentasi saat saya mengunjungi kota Bandung ini hilang karena memory card yang terkena virus.




Wednesday, September 9, 2015

Asal Muasal Nama Mayangsari

Belakangan ini ramai pemberitaan dengan nama-nama unik di Indonesia, mulai dari "Tuhan", "Saiton", bahkan "Satria Baja Hitam" yang cukup menghebohkan beberapa media ini, sedikit intermezo di tengah-tengah hiruk pikuknya negara ini karena harga dolar yang naik turun, lalu anggota DPR yang bertemu dengan Donald Trump dan lain-lain.

kembali ke persoalan NAMA. yak, nama-nama tersebut memang terdengar menggelitik, mungkin orang tua mereka memiliki maksud tersendiri memberikan nama seperti itu. 

contohnya adalah saya, saat lahir sempat terjadi perdebadat keluarga perihal pemberian nama saya. awalnya mamah ingin memberikan nama yang sama seperti nama belakang dokter kandungan yang sudah membantu proses kelahiran saya dengan harapan suatu hari nanti saya bisa seperti beliau. namun karena nama tersebut tidak sesuai dengan ideologi keluarga saya, alhasil terjadilah perdebatan antara om, mamah, dan ayah. 

setelah masuk keruang perawatan, mamah menonton televisi dan menyaksikan acara musik dan artis Mayangsari sedang bernyanyi, saat itu artis tersebut sedang naik daun. alhasil mamah memutuskan memberi nama belakang "Mayangsari", dan di setujui oleh keluarga lainnya. 

Jadilah nama "Anita Dwi Mayangsari", Anita karena nama kakak saya Anisa kata mamah sih agar terlihat jelas kalau kita kakak beradik, dan mamah berencana kalau memiliki anak laki-laki akan di beri nama "Andika" tapi sayangnya saya tak sempat memiliki adik. 
Sedangkan Dwi, karena saya adalah anak kedua. sempat muncul pertanyaan kenapa nama kakak tidak ada nama Eka sementara kakak adalah anak pertama, mamah tidak menyukai nama Eka karena dia pernah punya anak murid bernama Eka, dan anak itu bandel dan suka bermasalah mamah tidak mau kakak bandel seperti muridnya itu.
Dan terakhir Mayangsari, setelah perdebatan yang cukup membuat mamah bingung, akhirnya saya di beri nama itu. nama yang muncul setelah menonton televisi. 

dan waktu terus berlalu, saat masuk sekolah saya ingin sekali di panggil Mayang. menurut saya nama Mayang itu sangat feminim, dan cantik. mamah sempat merasa keberatan karena di keluarga besar saya lebih familiar di panggil Adek, atau ade nita (oleh tetangga dan teman main). tapi akhirnya mamah mengalah dan mengizinkan saya di panggil Mayang saat disekolah walau menurut mamah nama tersebut sangat asing ditelinganya. 

Saat kelas 3 SD, waktu itu sedang booming sinetron Tersayang, dimana tokoh utama-nya bernama Mayang (Jihan Fahira) dan Dion (Anjasmara) bahkan Topi mereka yang berwarna biru dan pink sempat menjadi trend, hampir semua teman-teman saya memiliki topi tersebut warna pink untuk anak perempuan dan warna biru untuk laki-laki. Kecuali saya yang tidak tertarik memiliki topi itu,  saat itu kakak saya sangat tergila-gila dengan MTV dan anti sinetron jadi sejak kecil saya tidak suka menonton sinetron hingga saat ini sehingga saya tidak berminat memiliki topi itu. 
apalagi, karena nama saya sama dengan tokoh sinetron itu, hampir setiap hari di sekolah saya selalu di sapa, " Mayang... Dionnya kemana?" awalnya saya biasa-biasa saja, tapi lama kelamaan jadi menyebalkan. karena apa yang mereka tonton di sinetron itu akan di kaitkan dengan saya di sekolah.
saya sempat mengadu ke mamah untuk bilang ke guru supaya teman-teman tidak mengganggu saya dengan tokoh sinetron yang mereka tonton, tapi mamah menyuruh saya untuk cuek saja. 
" diemin aja! nanti juga capek sendiri.", " biarin aja, kan kamu jadi terkenal" 
saya pun mengikuti saran mamah, supaya cuek dan masa bodoh. kalau ditanya, " Mayang... Dion-nya kemana?" kadang saya menjawab, " Dion-nya kecebur dilaut", " Dion-nya lagi ke luar negeri." sampai sinetron itu berakhir, dan mereka lupa dengan tokoh-tokoh sinetron itu. 

tidak hanya itu saja, ketika SMP kelas 3 ada sinetron ramadhan yang judulnya apa saya lupa, pemeran-nya adalah Krisdayanti yang berperan sebagai (Mayang) dan pemeran lainnya ada Ramzy. seingat saya saat itu Ramzy berperan sebagai orang minang, yang sering memanggil Mayang dengan sebutan "Uni Mayang". dan terjadi lagi, di sekolah teman-teman memanggil saya Uni Mayang. tak menjadi suatu masalah karena kebetulan saya juga memiliki darah minang, so.. saya biasa saja saat orang menyapa saya "Uni Mayang"

pada awal-awal masuk SMA muncul lagi pemberitaan tentang kasus rumah tangga artis yang menjadi inspirasi mamah memberikan nama, "Mayangsari" saat saya SMA pemberitaan tentang artis tersebut masih samar-samar, pernah suatu hari saat pendaftaran SMA nama saya di panggil oleh Panitia untuk memberikan formulir pendaftaran. ketika nama saya di sebut, "Anita Dwi Mayangsari" seketika ibu-ibu yang mengantarkan anak-nya menyoraki kakak, kebetulan waktu itu yang mengambil formulir bukan saya. entah apa maksud ibu-ibu tersebut bersorak setelah nama saya di panggil. sementara mereka biasa-biasa saja saat nama lain di panggil. 

Dan saat pemberitaan tentang artis itu menjadi jelas, pada awal-awal masuk kuliah saya yang hanya memiliki nama sama oleh merasakan dampak dari pemberitaan tersebut. 
"wah kamu kan yang .......... istri orang" (pasti mengerti lah maksud bagian yang kosong itu?), 
" dasar kamu ............. istri orang" 
dan seperti sudah terbiasa ketika masalah yang sama saat SD, saya pun menganggap santai orang-orang yang berkata seperti itu. 

"woalah.. yo daripada urusin urusan orang mending urus diri sendiri aja dulu." kata saya pada suatu saat. 

sempat kesal sih, bahkan sempat protes ke mamah kenapa harus memberikan nama itu?
" mana mamah tau kalau begini ujungnya?" seru mamah. 
kenapa orang yang berbuat sesuatu, sementara kita yang memiliki kesamaan yang tidak disengaja itu juga menjadi bulan-bulan? 

menyalahkan orang itu? loh apa hak saya? setiap orang pasti memiliki permasalahan sendiri, dan didunia ini sudah menjadi hal yang wajar bila terjadi kesamaan yang tidak di sengaja, huruf alfabet cuma A sampai Z, angak cuma 0 sampai 9, tangga nada do sampai do, bumi itu bulat, jadi sudah menjadi hal yang lumrah kalau ini semua terjadi. 
so.. nikmati aja, kalau saya sih mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif dari artis yang memiliki nama sama dengan saya itu.toh manusia di bumi tak ada yang sempurna, yang sempurna hanya Allah SWT semata. 


hayo yang memiliki nasib sama dengan saya mana suaranya??

Note: tulisan ini murni curhatan saya saja, mohon maaf bila ada pihak-pihak yang kurang berkenan.