kali ini tempat yang akan kami jelajahi adalah Selat Lampa yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal saya Ranai Darat. Perjalanan kurang lebih di tempuh selama 2 Jam tanpa macet tentunya, dan jalanan sangat sepi kadang hanya mobil kami yang melaju sendiri di jalanan. kanan kiri masih banyak pepohonan, untuk sampai ke tempat ini kami melewati beberapa tempat seperti SP dimana banyak para transmigran dari Pulau Jawa yang bercocok tanam di tempat ini, dan Desa Cemaga yang dianugerahi pantai yang indah. sayangnya banyak jalanan yang masih dalam tahap perbaikan seperti jebatan-jembatan yang sedang di perbaiki, sehingga jalan kami di alihkan. salah satu jembatan yang tidak bisa dilewati mengharuskan kami melalui jalan buangan yang sangat jauh dan memutar, sesampainya kembali di jalan raya ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat awal kami berbelok.
Selat Lampa merupakan salah satu Pelabuhan di Kabupaten Natuna, tempat kapal KM. Bukit Raya bersandar dengan tujuan antar pulau atau keluar pulau seperti ke Jakarta. untuk mencapai tempat ini kami melewati jalan yang cukup terjal, konon katanya untuk membuat jalan ini sebuah gunung/bukit harus di bom untuk membelah jalan. tak heran jalanan ini menanjak dan berliku, bagi pengendara yang baru bisa tidak di sarankan untuk mengemudi di wilayah ini. saya sempat menunjungi Selat Lampa di malah hari, inilah yang saya katakan bahwa keluarga saya sedikit "gila" jalanan saat itu sangat gelap, dan penerangan hanya sebatas lampu jalan yang temaram dan lampu mobil. dan lebih gila-nya lagi, kami harus bersaing dengan mobil Truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, tidak 1 atau 2 mobil tapi puluhan mobil truk yang berlalu lalang dengan kecepatan cukup tinggi.
disarankan bila tujuan utamanya untuk bersantai lebih baik datang saat siang hari, namun bila ingin menguji nyali atau wisata ekstrim bisa datang pada malam hari.
disepanjang perjalanan kami yang berliku-liku kami berjumpa dengan sekawanan monyet / kera saya tidak tahu mana perbedaannya. mereka sedang duduk santai di pinggir jalan, bahkan terkadang mereka jalan tidur di tengah jalan. niatnya kami ingin memberi makan, namun mengingat mereka hewan liar takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
setibanya di Pelabuhan Selat Lampa, kami di sambut oleh kabut asap kiriman yang masih menguasai langit Natuna menutup langit yang biasanya biru tanpa awan. juga seharusnya pada gambar diatas terlihat Pulau Tiga yang letaknya bersebrangan dengan Selat Lampa ini.
sepengetahuan saya, Selat Lampa adalah tempat bersandar Kapal Penumpang KM. Bukit Raya. namun saat itu entah jenis kapan apa yang bersandar. mereka sedang melakukan bongkar muat.
untuk beristirahat sejenak, kami mengunjungi warung makan yang menyediakan beberapa menu makanan. namun kami tertarik dengan Mie Instant yang hangat dan sedikit pedas untuk menghilangkan sedikit mual karena perjalanan yang cukup jauh dan berliku-liku.
warung makan di sana bukan hanya menyediakan menu makanan, tetapi pemandangan yang sangat mengesankan. di tempat itu juga kami pertemu dengan 3 orang anak muda dari Jakarta yang sedang membunuh waktu menunggu KM. Bukit Raya yang di jadwalkan akan tiba pada pukul 22.00WIB. setelah makan selesai, kami terkejut dengan harga Mie Instant yaitu Rp.15.000,- WOW.. ya mungkin ini sebanding dengan view yang di berikan.
setelah itu, kami pulang dan melewati jalan yang sama. perjanan ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa bosan, dan pikiran menjadi fresh kembali.
Sedikit Tips dari saya apabila mau menempuh perjalanan menuju Selat Lampa:
1. Makan dan Minum yang cukup, jangan sampai perut kosong diisi oleh angin. ini adalah perjalanan kami yang kedua, saat perjalanan pertama kakak saya sedikit mabok karena tidak sempat makan dan minum.
2. Apabila memiliki riwayat mabok darat sebaiknya minum obat anti mabok terlebih dahulu untuk berjaga-jaga.
3. Siapkan kamera, karena selalu ada pemandangan yang menakjubkan.
4. Jaga kebersihan, jangan buang sampah sembarangan.
oh ya, untuk foto wanita dengan anak bayi itu bukan foto saya, tetapi foto kakak dan keponakan saya yang mulai banci kamera.
Sekian dari saya, nantikan perjalanan lain-nya masih di Pulau Natuna, Indonesias.
Thanks
Anita Mayang