Gemericik air mulai terdengar bertautan dengan genting, suara dendangan terdengar merdu namun memilukan hati. derap langkah heels, yang beradu dengan lantai maremer tedengar di seluruh penjuru ruangan.
hanya ada dia, heels 14cm berwarna hitam, dan satu buah buku berisikian 500 lembar halaman yang belum sempat di bacanya. seketika ruangan menjadi dingin, menusuk hingga tulang. ia merapatkan flanelnya berharap tubuhnya menjadi hangat.
hingga waktu yang di tentukan, yang di tunggu tak kunjung datang. ia terus memandangi heels 14cm yang sudah di kenakannya hampir setahun.
tepat, setahun ia mengenakan heels itu. pemberi heels itu tak pernah datang lagi. menghilang, bagaikan partikel debu yang di hembuskan ke udara.
dilepasnya heels yang telah menyiksanya itu, lalu di masukkan heels tersebut ke dalam pembakaran cerobong asap. benda itupun menghilang, sama seperti pemiliknya. menghilang tak bersisa.
Lalu, di kenakannya kembali sneakers kesayangannya. menemani langkahnya dengan nyaman tanpa rasa sakit.
hujan mulai reda, buku sudah selesai di baca, kelabu berubah menjadi mentari yang menghangatkan.
kadang kita melakukan sesuatu yang jelas sekali menyakitkan diri kita sendiri, hanya karena ingin membahagiakan orang lain. namun saat yang di bahagiakan tiba-tiba pergi tak berkabar. lalu kita tersadar, bahwa selama ini kita terjebak oleh rasa bahagia yang bias. karena ia telah hilang, tak berwujud.
bagaikan embun yang menempel di keca jendela saat hujan. namun saat mentari datang ia hilang tak tersisa.
No comments:
Post a Comment