Gemericik air mulai terdengar bertautan dengan genting, suara dendangan terdengar merdu namun memilukan hati. derap langkah heels, yang beradu dengan lantai maremer tedengar di seluruh penjuru ruangan.
hanya ada dia, heels 14cm berwarna hitam, dan satu buah buku berisikian 500 lembar halaman yang belum sempat di bacanya. seketika ruangan menjadi dingin, menusuk hingga tulang. ia merapatkan flanelnya berharap tubuhnya menjadi hangat.
hingga waktu yang di tentukan, yang di tunggu tak kunjung datang. ia terus memandangi heels 14cm yang sudah di kenakannya hampir setahun.
tepat, setahun ia mengenakan heels itu. pemberi heels itu tak pernah datang lagi. menghilang, bagaikan partikel debu yang di hembuskan ke udara.
dilepasnya heels yang telah menyiksanya itu, lalu di masukkan heels tersebut ke dalam pembakaran cerobong asap. benda itupun menghilang, sama seperti pemiliknya. menghilang tak bersisa.
Lalu, di kenakannya kembali sneakers kesayangannya. menemani langkahnya dengan nyaman tanpa rasa sakit.
hujan mulai reda, buku sudah selesai di baca, kelabu berubah menjadi mentari yang menghangatkan.
kadang kita melakukan sesuatu yang jelas sekali menyakitkan diri kita sendiri, hanya karena ingin membahagiakan orang lain. namun saat yang di bahagiakan tiba-tiba pergi tak berkabar. lalu kita tersadar, bahwa selama ini kita terjebak oleh rasa bahagia yang bias. karena ia telah hilang, tak berwujud.
bagaikan embun yang menempel di keca jendela saat hujan. namun saat mentari datang ia hilang tak tersisa.
Sunday, March 29, 2015
Saturday, March 14, 2015
Hobby (dream come true)
Saat orang bertanya, "hoby kamu apa nit?", dengan lantang dan gagah berani gue menjawab. "Membaca, Menulis, dan Menggambar."
Membaca merupakan hoby gue sejak kecil, tentunya buku bacaan yang lebih spesifik gue baca adalah. Novel, Kumcer, beberapa tokoh sejarah, dan buku teks berbahasa inggris ( sesering apapun gue membaca tulisan berbahas inggris, tetap saja bahasa inggris gue sangat buruk. mungkin akibat polusi udara yang membuat kinerja otak gue melemah? hellooowww.. akibat polusi atau memang dasarnya gue IQ gue tiarap? hahaha)
Menulis, ada yang bilang kalau suka membaca pasti bisa menulis. pada dasarnya semua manusia bisa menulis, kalau tidak bisa menulis? apa kata dunia??? hahaha
okey, sedikit serius.. (sedikit? cuma sedikit?)
okey, Banyak serius..
banyak macam tulisan, dengan berbagai kriteria. seperti menulis formal, dan non formal. menulis fiksi atau non fiksi.
nah, gue termasuk orang yang suka menulis non formal, dan menulis fiksi, oh iya, dan juga gue sangat jago menulis status FB, Path, BBM, terutama saat galau, dan melankolis.. hahhaah
Menggambar, ya gue sangat suka menggambar. tapi bukan berarti gambar gue itu bagus. seperti karya Affandi, Diela Maharani, Popo, hingga Basuki abdullah. gambar gue hanya, gambar gambar miris hasil karya gue saat bosan, kesal, marah, dan ngantuk. gue bisa menggambar apa saja, dimana saja, selama ditangan gue ada pulpen, pensil, atau apapun yang bisa di jadikan alat menggambar. hingga teman gue beberapa kali marah, karena di setiap sudut bukunya terdapat goresan-goresan cantik anita. hahhaa
namun, semua itu semua hanyalah hoby. kesukaan gue yang dilakukan saat senggang, atau hanya menghibur diri. namun saat Hoby bergeser manjadi sesuatu hal yang serius, seperti menjadi pekerjaan. masihkah, hoby tersebut menjadi penawar rasa jenuh, penghilang stress, dan penghibur pelipur lara?
jawabannya adalah, kita tidak akan pernah tahu bila belum mencoba.
Membaca merupakan hoby gue sejak kecil, tentunya buku bacaan yang lebih spesifik gue baca adalah. Novel, Kumcer, beberapa tokoh sejarah, dan buku teks berbahasa inggris ( sesering apapun gue membaca tulisan berbahas inggris, tetap saja bahasa inggris gue sangat buruk. mungkin akibat polusi udara yang membuat kinerja otak gue melemah? hellooowww.. akibat polusi atau memang dasarnya gue IQ gue tiarap? hahaha)
Menulis, ada yang bilang kalau suka membaca pasti bisa menulis. pada dasarnya semua manusia bisa menulis, kalau tidak bisa menulis? apa kata dunia??? hahaha
okey, sedikit serius.. (sedikit? cuma sedikit?)
okey, Banyak serius..
banyak macam tulisan, dengan berbagai kriteria. seperti menulis formal, dan non formal. menulis fiksi atau non fiksi.
nah, gue termasuk orang yang suka menulis non formal, dan menulis fiksi, oh iya, dan juga gue sangat jago menulis status FB, Path, BBM, terutama saat galau, dan melankolis.. hahhaah
Menggambar, ya gue sangat suka menggambar. tapi bukan berarti gambar gue itu bagus. seperti karya Affandi, Diela Maharani, Popo, hingga Basuki abdullah. gambar gue hanya, gambar gambar miris hasil karya gue saat bosan, kesal, marah, dan ngantuk. gue bisa menggambar apa saja, dimana saja, selama ditangan gue ada pulpen, pensil, atau apapun yang bisa di jadikan alat menggambar. hingga teman gue beberapa kali marah, karena di setiap sudut bukunya terdapat goresan-goresan cantik anita. hahhaa
namun, semua itu semua hanyalah hoby. kesukaan gue yang dilakukan saat senggang, atau hanya menghibur diri. namun saat Hoby bergeser manjadi sesuatu hal yang serius, seperti menjadi pekerjaan. masihkah, hoby tersebut menjadi penawar rasa jenuh, penghilang stress, dan penghibur pelipur lara?
jawabannya adalah, kita tidak akan pernah tahu bila belum mencoba.
Thursday, March 12, 2015
Cuma (CALEG) gagal
Suatu hari, gue melintas di jalanan yang letaknya tidak jauh dari rumah. kebiasaan gue saat pulang kerja adalah, memakai earphone. padahal gak ada lagu yang gue dengar.
waktu itu ada beberapa orang sedang duduk bersama, saat gue melintas mereka melihat gue. lalu mereka berbisik, lebih tepatnya sih BERSUARA.karen gue dapat dengan jelas mendengar perckapan mereka.
" itukan caleg ya?" ujar salah satu orang sebut saja bapak A.
" iya.. itukan caleg" sahut Bapak B.
" iya, caleg gagal." lanjut Bapak A, di sambut tawa mereka berdua.
gue pun melirik kearah mereka, sambil menggerakan mulut. seolah sedang bernyanyi (nyanyi? dengerin lagu? iya.. lagu senyap hahaha). mereka pun seolah tak peduli, dan tentunya tidak mengetahui bahwa gue mendengar percakapan mereka dengan jelas.
sudah beberapa kali, gue mendengar ucapan CALEG GAGAL. baik dalam bentuk ucapan secara langsung, sindiran, atau kasus yang terjadi pada bapak-bapak rumpi diatas.
what should i do?
setelah penghitungan suara selesai, dan gue fix gagal menjadi anggota legislatif. beberapa sahabat gue, memberikan support yang intinya, meminta gue untuk tetap semangat, dan jangan bersedih.
mungkin mereka takut, nasib gue sama seperti beberapa teman yang gagal, kalau gak berakhir di rumah sakit jiwa, kantor polisi, atau batu nisan.. hiii...
sejak awal, gue menempatka diri untuk tidak banyak berharap. dan tentunya, setelah mengetahui penghitungan suara? yak.. gue biasa-biasa saja.. (sumpah.. gak bohong)
Faktor yang menyebabkan gue biasa aja adalah :
1. hello.. gue masih muda, gagal masih ada kesempatan lain.
2. setelah gue masuk kedalam ruang lingkup dunia tersebut, dan gue semakin yakin isn't my world ( alasannya kenapa? cukup gue dan keluarga gue yang metal-metal yang tahu, hahah)
so...
beberapa waktu setelah penghitungan selesai, gue masih mendengar ledekan-ledekan dari orang sekeliling.
seperti nama gue di ganti menjadi caleg, " caleg mau kemana?" " ah bisa aja caleg nih", atau kalau gue melakukan kesalahan mereka bilang, " aduh.. calek gagal salah mulu. lo stress ya gak kepilih jadi caleg?".
gue tahu, di lubuk hati mereka paling dalam. tidak ada maksud untuk menghina gue. hanya saja gue ingat kata-kata dari teman gue si Gayung. "di balik tawa kita, pasti ada orang yang teraniaya".
gue teraniaya? mungkin kalau orang yang punya perasaan sensitif akan merasa teraniaya atau tersinggung.
kalau gue? sabodo teuing kalo kata akang-akang sunda.
intinya sih, gue muda, 23 tahun (saat itu), dan gue sudah melalukan sesuatu yang belum tentu terpikir oleh anak muda seperti gue.
dan menanggapi percakapan bapak-bapak rumpi tadi, gak apa-apalah jadi "CALEG GAGAL" dari pada jadi "MANUSIA GAGAL" (sedih deh plincess.. :( hehehe)
waktu itu ada beberapa orang sedang duduk bersama, saat gue melintas mereka melihat gue. lalu mereka berbisik, lebih tepatnya sih BERSUARA.karen gue dapat dengan jelas mendengar perckapan mereka.
" itukan caleg ya?" ujar salah satu orang sebut saja bapak A.
" iya.. itukan caleg" sahut Bapak B.
" iya, caleg gagal." lanjut Bapak A, di sambut tawa mereka berdua.
gue pun melirik kearah mereka, sambil menggerakan mulut. seolah sedang bernyanyi (nyanyi? dengerin lagu? iya.. lagu senyap hahaha). mereka pun seolah tak peduli, dan tentunya tidak mengetahui bahwa gue mendengar percakapan mereka dengan jelas.
sudah beberapa kali, gue mendengar ucapan CALEG GAGAL. baik dalam bentuk ucapan secara langsung, sindiran, atau kasus yang terjadi pada bapak-bapak rumpi diatas.
what should i do?
setelah penghitungan suara selesai, dan gue fix gagal menjadi anggota legislatif. beberapa sahabat gue, memberikan support yang intinya, meminta gue untuk tetap semangat, dan jangan bersedih.
mungkin mereka takut, nasib gue sama seperti beberapa teman yang gagal, kalau gak berakhir di rumah sakit jiwa, kantor polisi, atau batu nisan.. hiii...
sejak awal, gue menempatka diri untuk tidak banyak berharap. dan tentunya, setelah mengetahui penghitungan suara? yak.. gue biasa-biasa saja.. (sumpah.. gak bohong)
Faktor yang menyebabkan gue biasa aja adalah :
1. hello.. gue masih muda, gagal masih ada kesempatan lain.
2. setelah gue masuk kedalam ruang lingkup dunia tersebut, dan gue semakin yakin isn't my world ( alasannya kenapa? cukup gue dan keluarga gue yang metal-metal yang tahu, hahah)
so...
beberapa waktu setelah penghitungan selesai, gue masih mendengar ledekan-ledekan dari orang sekeliling.
seperti nama gue di ganti menjadi caleg, " caleg mau kemana?" " ah bisa aja caleg nih", atau kalau gue melakukan kesalahan mereka bilang, " aduh.. calek gagal salah mulu. lo stress ya gak kepilih jadi caleg?".
gue tahu, di lubuk hati mereka paling dalam. tidak ada maksud untuk menghina gue. hanya saja gue ingat kata-kata dari teman gue si Gayung. "di balik tawa kita, pasti ada orang yang teraniaya".
gue teraniaya? mungkin kalau orang yang punya perasaan sensitif akan merasa teraniaya atau tersinggung.
kalau gue? sabodo teuing kalo kata akang-akang sunda.
intinya sih, gue muda, 23 tahun (saat itu), dan gue sudah melalukan sesuatu yang belum tentu terpikir oleh anak muda seperti gue.
dan menanggapi percakapan bapak-bapak rumpi tadi, gak apa-apalah jadi "CALEG GAGAL" dari pada jadi "MANUSIA GAGAL" (sedih deh plincess.. :( hehehe)
Subscribe to:
Posts (Atom)