Monday, December 28, 2015

Sens Of Women

banyak yang bilang, gue ini tomboy, slebor, dan cuek.. itu semua bisa dilihat dari sisi luarnya aja, tapi kalau kalian kenal lebih dalam lagi sebenarnya gue bukan sosok seperti itu kok! hahahaa (jadi curcol)

okey gue akan mematahkan asumsi orang-orang, bahwa apa yang kita lihat belum tentu itu kenyataan ( simple-nya "gak semua yang lo lihat itu benar")

"Gue bisa dandan."

kata siapa gue gak bisa dandan? hanya saja gue memiliki habbit yang kurang bagus, yaitu "moody". saat gue malas untuk melakukan apapun, gue bisa pergi keluar rumah tanpa make up sama sekali. tetapi kalau lagi datang mood untuk bersolek, i do it.


ini adalah salah satu contoh hasil karya gue sendiri, meskipun gak terlihat bagus. setidaknya gue gak terlihat seperti ondel-ondel kan? hehehehe


"Gue Bisa Masak"

yup, someday nyokap lagi sakit dan akhirnya tugas beliau menjadi tanggung jawab gue. mulai nyuci piring, masak, hingga ngulek cabe. ( dalam tradisi minang, ulekan sambal bentuknya berbeda seperti biasa. yaitu berbentuk bulat dan lebar dengan batu lado (batu untuk menggiling) berbentuk bulat seperti bola tolak peluru. dan katanya bagi yang tidak biasa menggunakan batu lado itu hasilnya akan berantakan dan tangan penuh dengan cabe. and, i can do it! dengan rapih dan tangan tidak terlalu banyak menepel cabe-cabean yang pedas."

" handeh! pandainyo manggiliang lado!!" (kalo kata orang betawi, "bujug! jago juga die ngulek sambel")
kata salah satu makdang saat melihat gue menggiling cabe hingga beberapa kali.

begitu juga dengan masak, memang diakui gue memang tidak terlalu tertarik dengan dunia masak memasak. tetapi bukan berarti gue gak bisa. sama hal-nya seperti lo bisa naik sepeda, tapi lo jarang naik sepeda.

"gue suka baca fashion review, beauty review"

dibalik sikap gue yang katanya "metal" gue suka banget baca apa saja mengenai fashion and beauty.


itu aja sih curhatan gue, tentang ungkapan orang-orang yang meragukan sisi wanita gue.
dan ini bukan promosi diri ya!!! (jomblo banget nit? hihihihi)

Monday, December 14, 2015

My Way

TAK ADA YANG LEBIH 
NYAMAN DAN MENYENANGKAN,
SAAT LO MELAKUKAN 
APA YANG LO SUKA. 

Sunday, November 8, 2015

Ranai, Angkutan Umum, dan Imajinasi Liar Seorang Anita

Okey, kali ini saya akan membicarakan masalah yang saya hadapi dan kedua orang tua saya hadapi di pulau indah nan eksotik, yaitu Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
tempat yang jauh dimata, namun dekat dihati bagi orang-orang yang pernah mengunjungi pulau yang letaknya paling utara di Indonesia. dulu saya teman saya pernah berkata, "kalau sudah pernah ke Natuna satu kali, maka akan ada kunjungan ke 2, ke 3 dan seterusnya." and i got it, ini kali ke 4 saya menungjungi Negeri Rantau Bertuah Ini. 

Saya tinggal di Keluarahan Ranai Darat, letak rumah bisa dibilang di kaki Gunung Ranai yang selalu kelihatan memesona saat di pagi hari, ketika Gunung tersebut mendapat pantulan sinar matahari. bahkan saat kita membuka mata kita disajikan oleh pemandangan yang tidak akan kita dapatkan di Ibu Kota Jakarta. namun kali ini saya tidak akan membahas potensi alam dan pariwisata yang ada di pulau ini. namun sedikit memiliki korelasi karena yang akan saya bahas merupakan salah satu unsur penting yang seharusnya ada di tempat ini. 

Angkutan Umum, yup karena angkutan umum ini tidak terdapat di pulau ini. yang tersedia hanya ojek yang hanya dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti pasar. saya pernah melihat sepasang turis berwajah oriental sedang berjalan kaki dari hotel, entah akan pergi kemana. padahal saat itu cuaca dalam keadaan terik, matahari berada tepat diatas kepala. kita tidak tahu memang mereka terbiasa untuk jalan kaki, atau ada hal lain yang mereka alami. seperti terbatasnya budged atau ketidak nyamanan mereka menggunakan fasilitas ojek, karena mereka akan duduk terpisah. 

atau Mama saya yang merasa ruang geraknya terbatas selama ada dipulau ini, hoby-nya yang suka traveling seorang diri menjadi terbatas. meskipun di rumah ada motor, tetapi Mama tidak bisa mengendari sepeda motor tersebut. alhasil, kalau tidak menunggu anak-anaknya pulang kerja, dia akan berdiam diri dirumah saja. 

dulu pemerintah sempat menyediakan angkutan umum, tetapi untuk rute jarak jauh antar Kecamatan yang jaraknya dapat di tempuh hingga 2 jam. namun setelah saya kembali lagi ketempat ini, angkutan umum pemerintah itu sudah berhenti beroperasi dan digantikan oleh pihak swasta yang harganya lumayan berkali lipat lebih mahal. 
sedangkan jarak dekat, kita hanya mengandalkan kendaraan pribadi. 
" andaikan disini ada angkutan umum ya de, mamah bisa jalan-jalan sendiri tanpa nyusahin kalian." 
pernah suatu hari mama nekat pergi seorang diri, harus berjalan kaki agar bertemu ojek dijalan. namun sialnya ia tidak menemukan satupun ojek yang berkeliaran, sampai akhirnya berpapasan dengan tetangga yang mengajak mama untuk naik. dan hal pertama yang ditanyakan oleh tetangga adalah, "anaknya kemana? kok gak diantar?" sejak saat itulah Mama tidak pernah pergi seorang diri, karena stigma negatif yang didapatka anak-anaknya. " lah, kok jadi anak gue yang terkesan durhaka" padahal adakala orang tua yang biasa memiliki mobilitas tinggi, menginginkan sesuatu untuk menyendiri atau memiliki privasi. 

lalu muncullah imaginasi-imaginasi dalam diri saya mengenai angkutan umum, andai saja saya memiliki modal / ada pihak yang memiliki modal dapat merealisasikan agar tersedianya angkutan umum jarak dekat di Pulau ini. 

dan berikut beberapa contoh kendaraan umum, yang sepertinya menarik apabila tersedia di tempat yang potensial akan pariwisatanya:

1. Bentor



Seperti di wilayah Indonesia lain-nya terutama di Daerah Sumatera Utara, kendaraan ini dengan mudah di temui di jalan-jalan kota Medan. kendaraan yang dimodifikasi dari motor dan becak yang dapat di tumpangi oleh 3 orang bertubuh kecil (anak-anak) atau sepasang turis asing seperti yang saya ceritakan diatas. atau cocok untuk mama yang punya hobi baru setelah di belikan handphone dengan kamera semua yang menurutnya bagus akan di foto oleh mamah. apalagi menumpangi Bentor ini dari Ranai Kota sampai Desa Sepempang yang melintasi garis pantai yang Indah akan menambah daya tarik tersendiri. 

2. Tuk-Tuk 




Tuk-Tuk, kendaraan yang bentuknya seperti Bemo kalau di Jakarta, merupakan kendaraan umum yang ada di Negara Thailand. bagi tuk-tuk yang sudah dimodifikasi, kapasitas penumpang akan lebih banyak. apalagi jika tuk-tuk di modifikasi dengan design berwarna cerah sesuai dengan ciri khas masyarakat Natuna yang sangat menyukai warna-warna cerah hal itu dapat dilihat dari bangunan-bangunan rumah yang di cat dengan warna-warna seperti kuning cerah, hijau toska, merah, dan pink. 

3. Trem


Kalau jenis angkutan umum seperti ini sih, a little bit to much.. tapi seru juga kalau daerah pesisir seperti Natuna ini memiliki angkutan umum seperti ini. membuat para wisatawan berbondong-bondong ingin mengunjungi pulau ini (walau harga tiket pesawatnya mencekik kantong). tetapi selama di sajikan dengan hal-hal yang Antimainstream, pasti peminat akan mencari sesuatu yang tidak umum atau tidak ada di tempat asalnya. 


ya! ketiga angkutan umum diatas merupakan hasil khayalan saya selama ada dipulau ini, yang juga merupakan kegundahaan ibu dan anak yang biasa tinggal di kota dengan angkutan umum yang sering bertengkar karena berebut penumpang. 

semoga saja apa yang saya dambakan ini dapat terealisasi suatu hari nanti. 


Monday, October 19, 2015

A Travelling Addict To Be..

Finally, semenjak tinggal di pulau yang tidak membuat diri ini terkuras oleh macetnya ibu kota. saya jadi memiliki waktu luang untuk melakukan sesuatu yang mungkin dulu sangat sulit di lakukan saat di Jakarta.

Yup,, i'm gonna be traveller...

semuanya bermula ketika saya baru pindah di pulau ini, darah yang masih terbiasa dengan kesibukan dan kemacetan seketika di tempatkan pada suasana yang sepi, tanpa kemacetan alhasil saya merasa sedikit jenuh.
oleh karena itu, kakak saya yang sudah lebih lama tinggal di pulau ini menularkan kebiasaannya yaitu pergi jalan-jalan dengan mobilnya.
bermodalkan bensin Rp.100.000,- sudah cukup untuk jalan-jalan. kita memiliki beberapa shift (tsahh.. macam perawat saja ada shift segala hehehe)

Shift 1 : sore / malam hari.

saat-saat genting yaitu setelah Adzan Isya berkumandang, biasanya bila tubuh ini tidak terlalu lelah, acara tv yang membosankan, dan mati lampu (sering banget loh disini mati lampu) kami pergi keluar rumah, entah kemana tujuan kita. sebenarnya terlihat konyol, bahkan sedikit gila. karena penerangan jalan pulau ini masih minim membuat kita terlihat konyol untuk jalan-jalan dimalam hari karena kami tidak dapat melihat apapun kecuali rumah warga yang sudah diberi penerangan, atau lampu jalanan yang hanya tersedia di daerah kota.
biasanya kami menelusuri jalan menuju pantai Tanjung yang melewati jalan sepi penduduk, sehingga hanya kegelapan yang menemani perjalanan kami
lalu untuk apa jalan-jalan?
ya yang penting tidak stay dirumah, pergi keluar rumah, ngobrol sepanjang jalan, mendengarkan lagu-lagu, berita radio (kalau tidak mati lampu) setelah itu pulang kembali ke rumah, masuk kamar, dan bobok cantik.

Shift 2: hari minggu / tanggal merah

ya! sudah seperti kewajiban bagi saya dan keluarga kakak saya untuk jalan-jalan (kecuali kalau cucian menumpuk/ banyak pekerjaan). hampir semua tempat sudah kami jelajahi di pulau Natuna ini kecuali pulau-pulau disekitarnya dikarenakan akomodasi yang masih kurang, menurut kabar sebentar lagi akan disediakan kapal roro antar pulau sehingga kita dapat berwisata ke pulau-pulau tanpa harus meninggalkan mobil di pelabuhan dan sesampainya di pulau kita dapat menggunakan mobil sendiri. ah.. semoga saja cepat terwujud..

yak, travelling dengan mudah menjadi sahabat saya saat ini padahal saya adalah tipe orang yang betah berlama-lama berdiam diri didalam rumah/kamar. tetapi sekarang seperti ada rasa janggal bila waktu libur tidak diisi dengan jalan-jalan. apalagi setelah camera digital saya kembali pulih, hampir kemana pun tempat tak luput dari bidikan kamera digital saya.

apalagi setelah saya memposting foto-foto hasil jepretan saya di Instagram, lah kok keren sih! jadi seperti ada candu didalam diri saya untuk Travelling..

so... i will be traveller meskipun masih ada rasa takut ke tempat tertentu, saya akan mencoba untuk memulainya termasuk keluar pulau, dari Sabang sampai Merauke? why? Why not? hahahaha...


Sunday, October 18, 2015

Black and White Edition : Random

Sometime, we need to make something difference.

why?

coz, life too short to act something bored..

hehehe.. bener gak tuh tulisannya?
intinya,

ada manusia yang diciptakan oleh Tuhan seseorang yang tidak menyukai sesuatu yang berulang - ulang (mudah bosan) dan mereka tidak menyukai pekerjaan yang mengulang dari satu hari ke hari berikutnya.

bukankah hidup terlalu membosankan untuk melakukan sesuatu yang itu-itu saja?

Kadang orang bahkan tidak melihat kita sama sekali, merendahkan dan meremehkan apa yang sedang kita perbuat. di jatuhkan dan di singkirkan tanpa mereka sadari bahwa kita manusia yang memiliki nyawa, perasaan, dan akal.. 

Perlu melewati jalan yang sulit, demi impian menitih jalan terjal bila tidak berhati - hati kita akan terperosk jatuh. 

Diperlukan kaki yang kuat dan kokoh agar kuat menghadapi perjalanan yang panjang, dan medan yang sulit.

menikmati hidup juga perlu dilakukan, agar syaraf-syaraf tegang di tubuh ini merasa rileks, dan menjadi segar kembali dengan ide-ide cemerlang.

 Berlari, bukan menghindar tetapi berlari untuk menggapai kebahagiaan.
Mengawasi diri sendiri, apakah yang kita lakukan sudah sesuai bagi diri. akankah itu membahayakan atau menguntungkan. 

Menjalani hidup itu mudah, namun saat hidup tak di maknai dengan baik akankah nilai esensi dari kehidupan dapat berguna?


Friday, October 16, 2015

Alif Stone Park Natuna Island

Wisata menjelajahi yang menyajikan sebuah pemandangan bebatuan yang besar dan bertebaran dimana-mana, di tempat ini kita bisa menjelajahi satu batu ke batu lainnya yang lebih tinggi dan lebih rendah. namun jangan salah sangka atau menebak bahwa saat ini saya sedang berada di Belitung, tempat para Laskar Pelangi tinggal. 

Nama tempat wisata ini berada di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Namanya Alif Stone Park letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Ranai. di tempat ini kita disajikan oleh pemandangan pantai yang memiliki ombak tenang, juga hamparan batu yang berdiri kokoh. konon, dinamakan Alif Stone karena salah satu batu ini terdapat sebuah batu yang menyerupai huruf Alif dalam Aksara Arab. selain hamparan batu, juga terdapat sebuah pondok yang berdiri tepat di pinggir pantai dari tempat ini juga kita dapat terhubung ke bebatuan yang sudah di buad sedemikian rupa hingga pengunjung dapat melaluinya dengan mudah. 
di pondok ini juga, terdapat beberapa foto kegiatan di tempat ini hingga testimoni dari para selebritis yang pernah mengunjungi tempat wisata ini seperti mantan Putri Indonesia Nadine Chandrawinata dan Ramon Y Tungka, sayangnya foto-foto tersebut terlihat pudar karena di tempel begitu saja.
saya pribadi, sangat menyukai tempat ini. sepertinya tempat ini sangat asik untuk menulis, dengan pemandangan indah, sepi, dan angin pantai membuat inspirasi datang dengan mudah. :)








Alif Stone Park merupakan wisata yang cukup recomended. dilihat dari cara pemilik tempat ini mengelola objek wisata ini dengan baik..
kalau kata mamah sih, dengan konspe objek wisata seperti ini coba di buat restauran denga pemandangan pantai yang indah. pasti kita sering datang tentunya dengan harga yang masih terjangkau :)

berikut cerita liburan Tahun Baru Hijriah yang kami habiskan di tempat wisata ini. sampai jumpa di destinasi lainnya..

Terimakasih
Anita Mayang

Tuesday, October 6, 2015

Merindukan Langit Biru Natuna

Sebelumnya saya sudah pernah membahas mengenai asap pembakaran hutan yang singgah di pulau tempat kami tinggal. karena letak Pulau Natuna berada ditengah-tengah antara Sumatera dan Kalimantan tak pelak kamipun mendapat kiriman dari dua wilayah tersebut. 
Memang yang dirasakan tak separah teman-teman di Riau atau Palangkaraya hanya mengganggu penerbangan selama hampir seminggu lamanya pesawat tak bisa mendarat di Lanud Ranai. Kapal penumpang juga sempat terlambat kedatangannya, sehingga kami mengatakan "Natuna Terisolir" bagi kami yang tidak memilki keperluar di luar pulau kata tersebut hanya seperti guyonan belaka, namun bagi mereka yang memiliki kepentingan di luar pulau pastinya ini sangat mengganggu. 

saya tidak akan membahas mengenai isu yang sedang merebak saat ini, seperti bagaimana sikap pemerintah, atau lain halnya. 

saya hanya sedang merasakan kerinduan, rindu dengan langit Natuna yang biru Sinar Matahari yang menyilaukan dan menghangatkan, lensa kamera yang dapat menangkap keindahan-keindahan Pulau ini. namun, dalam waktu hampir sebulan semuanya tertutup asap langit berwarna putih kelabu, dan kami belum melihat lagi langit yang dihiasi awan-awan beraneka rupa. 

kini, kami belum juga berjumpa dengan langit seperti ini. hampir setiap hari saat mata terbuka, saya selalu melihat keluar jendela rumah dan melihat apakah langit Natuna sudah kembali normal? namun saya belum mendapatkannya hingga saat ini. 

Seperti biasa minggu lalu saya bersama keluarga melakukan traveling ke sebuah tempat yang dinamakan Tanjung Datuk. namun karena di google map tempat tersebut belum terdaftar, sehingga saya tidak dapat memprediksi berapa jarak tempuh dari rumah menuju Tanjung Datuk. 



Pastinya perjalanan yang ditempuh cukup jauh, saat berangkat kami menelusuri pinggir pantai di sebalah kanan sedangkan disebelah kiri masih banyak pepohonan yang sebagian sudah kering namun masih banyak juga pepohonan hijau. seperti yang saya katakan diawal, meskipun kami berangkat disiang hari dimana langit terlihat begitu indah berwarna biru jernih tanpa awan namun pemandangan itu tak terlihat saat itu. karena cuaca tidak dalam keadaam mendung, dan saya berusaha menghibur diri dengan mengatakan bahwa kamera digital saya rusak, atau saya masih belum ahli mengambil gambar. karena saya hanya menggunaka photohop untuk mengedit Contrast dan Brightness-nya saja. tidak ada efek-efek lebih yang di berikan. 





sesampainya di Tanjung Datuk, kami di sajikan sebuah pemandangan yang cukup indah. karena tempat tersebut termasuk tempat ketinggin, dari tempat itulah kita dapat memandang lautan lepas yang untuk kesekian kali saya katakan masih tertutup oleh kabut asap sehingga warna toska yang sering muncul tak terlihat saat itu. 

saya sangat merindukan memandang langit Natuna yang biru dan jernih, dan Asap segera menghilang dari Indonesia. dan Indonesia kembali menjadi cantik seperti biasanya tanpa kabut asap di mana-mana. 


Sunday, October 4, 2015

Black And White





Takken by : Canon PowerShot A3200 IS
Location : Home, Selat Lampa
Model : Arasyah, Hafiz, Anisa


Wednesday, September 30, 2015

Pelabuhan Selat Lampa

ya,, sudah menjadi tradisi keluarga kami yang tak betah diam dirumah. selalu ada saja rencana untuk plesiran, saya menjuluki keluarga saya "otak plesiran" isi bensin penuh jadilah kami sekeluarga keliling Pulau Natuna. tak jarang juga kami menyebut diri kami, "orang Jakarta ("Gila")" karena selalu ada saja tempat yang kami jelajahi yang belum tentu di pikirkan oleh orang lain. 

kali ini tempat yang akan kami jelajahi adalah Selat Lampa yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal saya Ranai Darat. Perjalanan kurang lebih di tempuh selama 2 Jam tanpa macet tentunya, dan jalanan sangat sepi kadang hanya mobil kami yang melaju sendiri di jalanan. kanan kiri masih banyak pepohonan, untuk sampai ke tempat ini kami melewati beberapa tempat seperti SP dimana banyak para transmigran dari Pulau Jawa yang bercocok tanam di tempat ini, dan Desa Cemaga yang dianugerahi pantai yang indah. sayangnya banyak jalanan yang masih dalam tahap perbaikan seperti jebatan-jembatan yang sedang di perbaiki, sehingga jalan kami di alihkan. salah satu jembatan yang tidak bisa dilewati mengharuskan kami melalui jalan buangan yang sangat jauh dan memutar, sesampainya kembali di jalan raya ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat awal kami berbelok. 




Selat Lampa merupakan salah satu Pelabuhan di Kabupaten Natuna, tempat kapal KM. Bukit Raya bersandar dengan tujuan antar pulau atau keluar pulau seperti ke Jakarta. untuk mencapai tempat ini kami melewati jalan yang cukup terjal, konon katanya untuk membuat jalan ini sebuah gunung/bukit harus di bom untuk membelah jalan. tak heran jalanan ini menanjak dan berliku, bagi pengendara yang baru bisa tidak di sarankan untuk mengemudi di wilayah ini. saya sempat menunjungi Selat Lampa di malah hari, inilah yang saya katakan bahwa keluarga saya sedikit "gila" jalanan saat itu sangat gelap, dan penerangan hanya sebatas lampu jalan yang temaram dan lampu mobil. dan lebih gila-nya lagi, kami harus bersaing dengan mobil Truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, tidak 1 atau 2 mobil tapi puluhan mobil truk yang berlalu lalang dengan kecepatan cukup tinggi. 



disarankan bila tujuan utamanya untuk bersantai lebih baik datang saat siang hari, namun bila ingin menguji nyali atau wisata ekstrim bisa datang pada malam hari. 


disepanjang perjalanan kami yang berliku-liku kami berjumpa dengan sekawanan monyet / kera saya tidak tahu mana perbedaannya. mereka sedang duduk santai di pinggir jalan, bahkan terkadang mereka jalan tidur di tengah jalan. niatnya kami ingin memberi makan, namun mengingat mereka hewan liar takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. 

setibanya di Pelabuhan Selat Lampa, kami di sambut oleh kabut asap kiriman yang masih menguasai langit Natuna menutup langit yang biasanya biru tanpa awan. juga seharusnya pada gambar diatas terlihat Pulau Tiga yang letaknya bersebrangan dengan Selat Lampa ini. 


sepengetahuan saya, Selat Lampa adalah tempat bersandar Kapal Penumpang KM. Bukit Raya. namun saat itu entah jenis kapan apa yang bersandar. mereka sedang melakukan bongkar muat. 





untuk beristirahat sejenak, kami mengunjungi warung makan yang menyediakan beberapa menu makanan. namun kami tertarik dengan Mie Instant yang hangat dan sedikit pedas untuk menghilangkan sedikit mual karena perjalanan yang cukup jauh dan berliku-liku. 

warung makan di sana bukan hanya menyediakan menu makanan, tetapi pemandangan yang sangat mengesankan. di tempat itu juga kami pertemu dengan 3 orang anak muda dari Jakarta yang sedang membunuh waktu menunggu KM. Bukit Raya yang di jadwalkan akan tiba pada pukul 22.00WIB. setelah makan selesai, kami terkejut dengan harga Mie Instant yaitu Rp.15.000,- WOW.. ya mungkin ini sebanding dengan view yang di berikan. 

setelah itu, kami pulang dan melewati jalan yang sama. perjanan ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa bosan, dan pikiran menjadi fresh kembali.

Sedikit Tips dari saya apabila mau menempuh perjalanan menuju Selat Lampa:
1. Makan dan Minum yang cukup, jangan sampai perut kosong diisi oleh angin. ini adalah perjalanan kami yang kedua, saat perjalanan pertama kakak saya sedikit mabok karena tidak sempat makan dan minum. 
2. Apabila memiliki riwayat mabok darat sebaiknya minum obat anti mabok terlebih dahulu untuk berjaga-jaga. 
3. Siapkan kamera, karena selalu ada pemandangan yang menakjubkan. 
4. Jaga kebersihan, jangan buang sampah sembarangan.

oh ya, untuk foto wanita dengan anak bayi itu bukan foto saya, tetapi foto kakak dan keponakan saya yang mulai banci kamera. 

Sekian dari saya, nantikan perjalanan lain-nya masih di Pulau Natuna, Indonesias. 
Thanks 
Anita Mayang 

Tuesday, September 29, 2015

Bergulat Dengan Impian

Baru di sadari, sejak kecil punya hobi baca. saat SD suka baca buku-buku kisah pahlawan mulai Tuanku Imam Bonjol, Kapitan Patimura, sampai RA Kartini walaupun udah gak ingat isi cerita-nya, saya masih ingat ketika di tegur guru karena membaca buku saat ulangan semester. waktu itu saya sudah selesai mengerjakan soal, tapi tidak diizinkan keluar kelas daripada melamun saya melanjutkan membaca buku.
berlanjut di akhir SD, di sekolah tempat mamah saya mengajar sering mendapat majalah horison gratis setiap bulan mendapat 3/4 eksemplar. dan diam-diam saya mengambil 1 eksemplar dan membcanya di ruangan mamah. melihat hoby saya itu, tanpa harus diam-diam setiap bulan mamah selalu menyisihkan 1 majalah Horison untuk saya. kadang mata berkaca-kaca kalau melihat anak kecil suka membaca. meskipun suka membaca saya bukan anak yang mendapat ranking di sekolah, saya lemah untuk pelajaran hitung menghitung. 

ketika memasuki SMP, dimana saat-saat anak remaja yang baru besar penasaran dengan duni baru. saya lebih suka mengunjungi perpustakaan sekolah, ketimbang mencoba menjalin kasih dengan lawan jenis, bolos sekolah dan main ke mall, atau nyinyir-nyinyiran dengan sesama teman wanita. tetapi saya tidak terlalu introfert saya memiliki cukup banyak teman. di akhir SMP, selai menggambar saya mulai mencoba menulis cerpen, pernah sekali saya mengirim ke Redaksi Majalah Gadis namun setelah berbulan-bulan tak ada kabar, saya di kejutkan dengan selembar kartu pos dari Redaksi Majalah tersebut, walau isinya berupa penolakan tetapi rasanya sangat senang setidaknya karya saya sempat terjamah oleh tangan redaksi. keesokan hari-nya saya membawa kartu pos itu ke sekolah dan menunjukkannya ke teman-teman, dan respon mereka cukup baik. walau isinya penolakan, tetapi mereka terus menyemangati saya. apa akan sama jadinya buat pasangan kekasih yang baru putus, lalu sang wanita memperlihatkan sms kata-kata putus dari mantan pacarnya? hahaha.. 

lulus SMP, di barengi badai besar yang menimpa kehidupan saya, masa muda saya, dan hari-hari saya seperti absurd ketika menginjak bangku SMA dan menjadi pengunjung setia perpustakaan adalah cara terbaik untuk melupakan sejenak berbagai masalah, apalagi di Perpustakaan sekolah saya itu tersedia novel-novel teenlet yang terbaru. berbeda dengan perpustakaan SMP yang lebih didominasi oleh buku terbitan Balai Pustaka dan Ensiklopedia pengetahuan umum. 
dan saya juga mulai menulis lagi, cerpen-cerpen yang saya tulis di buku tulis (karena komputer rusak, dan tidak punya laptop) beberapa judul selesai saya buat hingga berganti buku tulis, namun saya tidak pernah membiarkan orang lain membacanya. karena saya malu, dan tidak percaya diri. suatu hari adalah puncak dari permasalahan yang menimpa saya membuat saya marah, dan semua buku-buku tulis itu saya robek dan bakar. memang tidak bijak apa yang telah saya lakukan, sehingga saya kehilangan dokumentasi cerpen-cerpen saya. 

memasuki masa kuliah, bisa di bilang saya salah jurusan. karena isen-iseng daftar di Politeknik, dan ternyata saya di terima di kampus yang statusnya di bawah kementerian itu. 
dan saya seperti zombie berjalan karena diawal kuliah saya tidak mengerti sama sekali apa yang saya perlajari, anak IPS yang harus mempelajari Biologi, Kimia, Fisika,, woooww... 
disela-sela kuliah, saya semakin giat menulis meskipun saya duduk di kursi paling depan dan berhadapan langsung dengan dosen, tak lantas membuat saya konsentrasi menyimak. tangan saya terus bergerak menggoreskan tinta pena diatas kertas, bukan mencatat mata kuliah tapi menulis cerpen atau Novel yang tak pernah selesai. 
sehingga meskipun saya terlihat seperti mencatat, kenyataannya teman saya yang mengetahui kebiasaan saya itu tak pernah meminjam catatan saya. 
kadang buku tulis saya sering di curi oleh teman, untuk membaca cerita yang saya tulis. karena saya tak pernah mengizinkan siapapun membaca tulisan saya. 
sampai akhirnya teman-teman saya membujuk saya agar percaya diri, dan mau mempublikasikan tulisan-tulisan saya. sehingga saya membuat blog, tapi sayang terjadi kendala sehingga saya tidak dapat membuka blog saya kembali. 
gayung bersambut, beberapa kali majalah kampus meminta saya untuk menulis cerpen di majalahnya. dengan malu-malu saya menyerahkan cerpen itu ke redaksi, tapi setelah itu saya lantas menutup mata dan telinga takut mendengar kometar-komentar yang buruk. tetapi saya tidak mendengarnya, selain acungan jempol dari teman-teman yang mengapresiasikan karya saya. 

benar kata seorang ahli, bahwa menulis bukan anugerah yang turun begitu saja. tetapi harus tetap dilatih agar kualitas sebuah tulisan menjadi lebih baik, dan banyak membaca untuk menambah wawasan dan kosakata. itu semua sempat tersendat saat saya mencoba kerja di kantoran, pergi pagi dan pulang malam. saya masih suka membaca namun untuk menulis tubuh ini terlalu lelah untuk membuka laptop. namun saya merasa seperti tak sempurna, saya melakukan pekerjaan dengan terpaksa bahkan saya sering mendapat nasehat orang agar mensyukuri apa yang sudah saya dapatkan namun terasa ada ganjalan. saya terus menjalaninya dengan harapan saya menjadi lebih baik, namun kinerja kerja saya semakin menurun, dan saya merasa sakit entah dibagian mana. 

suatu hari saya diajak bekerja di pulau Natuna, tentunya akan sangat berbeda dengan suasana kerja di Jakarta dari segi material ataupun fisik. maksudnya, di pulau kecil ini hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di tempat kerja. dan segi penghasilan, untuk pekerja non PNS jauh di bawah penghasilan karyawan swasta di Jakarta. 
sempat menyesal, namun suatu hari saya merenung. apabila saya kembali ke Jakarta apa yang akan saya lakukan? mencari pekerjaan dari awal? ah ayolah,, di tengah isu phk dimana-mana pastinya sulit untuk mendapat pekerjaan dengan mudah. lalu saya berfikir flashback, mengenai impian saya dan cita-cita saya semasa sekolah. 

saya ingin menjadi penulis, bekerja di rumah, dan berkutat dengan laptop dan melatih kelihaian dalam menulis. itu semua seperti sangat relefan dengan diri saya, okey.. mungkin akan sulit untuk memulainya kembali. tetapi saya sangat yakin, bahwa menulis adalah jatidiri saya. 
saya sadar akan banyak intervensi, atau komentar miring dengan keputusan saya. karena masih banyak orang yang berpikir kalau menulis tak bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan bekerja kantoran itu lebih kerena daripada bekerja di tempat yang berpindah-pindah / nomaden. ya tapi bukan-nya rezeki sudah diatur oleh sang pencipta? asalkan berusaha, dan berkemauan kuat pasti akan ada jalan keluarnya. 

dan saya tak ingin lagi berpindah-pindah, loncat dari impian satu ke impian lain-nya. saya ingin menjadi penulis seperti Dee, Andrea Hirata, Pramoedia, Tere Liye, yang begitu apik merangkai kata-kata sehingga menghasilkan karya yang indah. 

ah,,, tak terasa sudah terlalu panjang menulis. semoga ada nilai positif yang terkandung dalam tulisan ini, apabila tidak mohon dimaafkan :)

Terimakasih. 

Monday, September 28, 2015

24 years old

24 tahun..

di usia ini nenek gue sudah nikah sama inyik entah udah punya anak berapa
di usia ini kakak gue sudah melahirkan si bocah kecil muhammad arasyah.

dan di usia ini..
apa yang gue dapatkan?

belum ada...
masih dalam proses

karir
percintaan
masa depan yang masih buram
dan
di usia ini gue masih merasa seperti masih 13 tahun...

bismillah..
semoga tahun kedepan jauh lebih baik
dan lancar segala-galanya..

Thursday, September 24, 2015

Idul Adha di Natuna

Kemarin umat muslim di Indonesia merayakan hari raya Idul Adha, walau ada sedikit perbedaan mengenai penetapan tanggal 10 Dzulhijjah, namun euforia Hari raya qurban tetap terasa 
terutama di Kabupaten Natuna yang melaksanakan Shalat Idul Adha pada tanggal 24 September 2015 kemarin. 

kemi sedikit terlambat karena ada sedikit kendala di rumah, namun kami tetap berangkat dan merasa ragu-ragu apakah kami akan terlambat atau tidak. saya dan keluarga ingin melaksanakan Shalat Idul Adha di Masjid Agung Natuna, masjid kebanggaan rakyat Natuna. 

Melewati beberapa mesjid, khotbah sudah di mulai berarti shalat sudah berlangsung. kami sedikit khawatir, namun mamah mendegar pengumuman di Radio bahwa Masjid Agung melaksanakan Shalat Ied pada jam 07.30 WIB saat itu sudah pukul 07.20 WIB. 

Benar saja, sesampainya di pelataran masjid masih banyak jamaah yang baru datang. saya pun segera mencari tempat di dalam masjid. baru memasuki pintu masjid, Imam sudah melakukan Takbir yang ke dua, saya segera bergegas mengenakan mukena dan memulai shalat. 

saat shalat berlangsung, konsentrasi saya sedikit terganggu dengan suara anak-anak bocah yang menangis, atau bercanda dengan teman-nya. namun tak mengurangi rasa khidmad pelaksaan Shalat Idul Adha tersebut. 











Taken by: Canon Powershoot A3200