Beberapa waktu setelah keributan hebat dengan suami, hingga keluarlah kata-kata yang sangat menyakitkan dari mulut jahanam ini.. ðŸ˜ðŸ™ˆ
Akupun tersadar, bahwa sejak kecil sejak segala konflik rumah ini terjadi ada satu hal yang tidak pernah terjadi.
I NEVER LOVE MYSELF FIRST
Saya terlalu sibuk dengan sesuatu yang seharusnya tidak perlu saya paksakan, karena itu akan tercipta dengan sendirinya. Walau diawal sisi kanan kiri saya juga berjibaku untuk saling membenarkan argument-nya masing-masing..
"Kamu tidak apa-apa seperti ini, ini cara kamu memprotect diri. Kamu akan menjadi hebat, jangan pedulikan orang lain."
Sementara sisi lain diri ini berkata,
"Apa kamu tidak lelah seperti ini? Yuk duduk bersandar dibawa AC. Kamu butuh kesejukan. Gagal itu bukanlah hal yang buruk, kecuali kamu putus asa. Kamu hanya perlu istirahat."
Yes, kegagalan adalah hal yang harus saya minimalisir di bumi ini. Gagal artinya kamu harus mencoba lagi dan lagi. NO MERCY..
Mungkin orang yang melihat saya selayang pandang, akan tertegun bila mengetahui bagaimana cara saya berpikir dan bersikap.
Diluar saya terlihat seperti orang yang santai, cuek, dan pemalas.
Sementara pada kenyataannya, sejak saya kelas 3 SMP kepala ini tidak pernah berhenti berpikir. Saya harus mendapatkan apa yang saya mau.
Saya orang yang "PERFECTIONIST"
Terlebih, setelah kakak saya keluar dari rumah. Jadilah saya anak tunggal dengan orang tua yang selalu berkonflik. Sehingga saya sering memutuskan segalanya sendiri.
Dosen saya pernah berkata, "KAMU ITU ANOMALI ANITA! Kamu berpikir apa yang orang lain tidak pikirkan!"
Bertahun-tahun berlalu, kini saya sadari makna dari perkataan tersebut.
Saat orang lain berjuang ingin mendapatkan nilai Matematika yang bagus,
Saya sibuk berusaha bagaimana rasanya memiliki keluarga yang baik dan rukun.
Saat orang lain mengumpulkan uang untuk beli pakaian,
Saya mengumpulkan uang untuk membeli alat lukis.
Saat orang lain ingin memiliki wajah yang cantik,
Saya ingin memiliki keluarga yang untuh dan bahagia.
Saat orang lain membicarakan lagu band favorit mereka,
Saya hanya ingin mendengarkan pertengkaran dirumah.
Sehingga terbentuklah saya si manusia anomali, saya tak pernah berhenti berpikir untuk menciptakan kebahagiaan saya. Semua berjalan mulus, saat saya sendiri. Saya dapat menciptakan kebahagiaan versi saya, saat itu saya merasa bahagia, tetapi tanpa disadari kesehatan badan ini tergerus dan semakin memburuk.
Ada yang salah dengan tubuh ini, atau ada yang salah dengan cara berpikir saya?
Segala prinsip, pola pikir, peraturan yang saya buat selama ini. Seketika hancur lebur setelah MENIKAH!!
Saya pikir dengan menikah akan tercapai kebahagiaan, tetapi tidak tahun pertama menikah adalah puncak segala masalah terjadi.
Saya yang selalu berpinsip teguh, disiplin, dan tidak dapat digoyahkan. Seperti dibawa naik wahana histeria di dufan, setelah itu naik kora-kora, dan terakhir naik roller coster tanpa sabuk pengaman.
Puncaknya adalah beberapa hari lalu,
Saya tercipta sebagai orang yang tidak sabaran, bekerja cepat, dan pemikir, berpinsip teguh.
Sementara suami adalah orang yang memiliki stock kesabaran unlimited, tekun, ulet, dan santai, tapi juga memiliki prinsip.
Bisa dibayangkan bagaimana bila dua kepribadian itu disatukan??
Bagaikan meteorit yang saling bertabrakan!
Sampai suami mengeluarkan taringnya,
"Kamu itu harusnya SABAR! Setiap usaha itu ada prosesnya. Sabar! Kamu cuma kurang sabar! Kalau kamu mau memimpin, kamu pimpin keluarga ini. Kamu jadi nahkoda-nya!"
Yes, sebagai orang yang memiliki ego yang sangat tinggi, saya tidak tergoyahkan dengan perkataan ini. Saya akan down, bila ada sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Saya akan marah saat 9rang disekitar saya tidak sesuai dengan prinsip yang saya miliki. Membuat tubuh ini semakin sakit dan lelah.
Namun ada momentum dimana saya tersadar, saat saya sibuk mendaki tebing itu seorang diri.
Anak saya terlantar, begitupun suami. Mereka sakit! Saya tidak sempat masak, makan seadanya.
Kunci kesadaran itu muncul, setelah beberapa hari anak saya hanya diberi makanan instant. Hari itu saya masak opor ayam, awalnya dia tak bersemangat dikiranya ia harus makan bubur lagi. Setelah suapan pertama, saya dapat melihat dengan jelas kerlingan matanya, dibarengi senyuman. Diapun lahap makan sampai habis. Hati ini terenyuh..
Sayapun sadar, saat menikah saya bukanlah manusia bebas seperti sebelumnya..
Kodrat wanita adalah mengurus suami dan anak-nya.. (suami yang baik akan membaskan istrinya untuk terus meng eksplor dirinya. Tetapi saya sudah melewati batas.)
Saya sadar, sesungguhnya kebahagiaan yang saya idam-idamkan sejak dulu adalah memiliki keluarga yang bahagia.
Itu yang saya dapati sekarang, sementara saya sibuk dengan mencari kebahagiaan yang lain.
Lantas apakah saya meninggalkan cita-cita saya yang lain?
Tentu tidak, saya tidak meninggalkan.
Saya hanya perlu menyusunnya kembali dengan catatan membuang ego yang saya miliki.
Dan segalanya perlu waktu, dah ada tahapannya..
😊😊😊😊