Sunday, November 8, 2015

Ranai, Angkutan Umum, dan Imajinasi Liar Seorang Anita

Okey, kali ini saya akan membicarakan masalah yang saya hadapi dan kedua orang tua saya hadapi di pulau indah nan eksotik, yaitu Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
tempat yang jauh dimata, namun dekat dihati bagi orang-orang yang pernah mengunjungi pulau yang letaknya paling utara di Indonesia. dulu saya teman saya pernah berkata, "kalau sudah pernah ke Natuna satu kali, maka akan ada kunjungan ke 2, ke 3 dan seterusnya." and i got it, ini kali ke 4 saya menungjungi Negeri Rantau Bertuah Ini. 

Saya tinggal di Keluarahan Ranai Darat, letak rumah bisa dibilang di kaki Gunung Ranai yang selalu kelihatan memesona saat di pagi hari, ketika Gunung tersebut mendapat pantulan sinar matahari. bahkan saat kita membuka mata kita disajikan oleh pemandangan yang tidak akan kita dapatkan di Ibu Kota Jakarta. namun kali ini saya tidak akan membahas potensi alam dan pariwisata yang ada di pulau ini. namun sedikit memiliki korelasi karena yang akan saya bahas merupakan salah satu unsur penting yang seharusnya ada di tempat ini. 

Angkutan Umum, yup karena angkutan umum ini tidak terdapat di pulau ini. yang tersedia hanya ojek yang hanya dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti pasar. saya pernah melihat sepasang turis berwajah oriental sedang berjalan kaki dari hotel, entah akan pergi kemana. padahal saat itu cuaca dalam keadaan terik, matahari berada tepat diatas kepala. kita tidak tahu memang mereka terbiasa untuk jalan kaki, atau ada hal lain yang mereka alami. seperti terbatasnya budged atau ketidak nyamanan mereka menggunakan fasilitas ojek, karena mereka akan duduk terpisah. 

atau Mama saya yang merasa ruang geraknya terbatas selama ada dipulau ini, hoby-nya yang suka traveling seorang diri menjadi terbatas. meskipun di rumah ada motor, tetapi Mama tidak bisa mengendari sepeda motor tersebut. alhasil, kalau tidak menunggu anak-anaknya pulang kerja, dia akan berdiam diri dirumah saja. 

dulu pemerintah sempat menyediakan angkutan umum, tetapi untuk rute jarak jauh antar Kecamatan yang jaraknya dapat di tempuh hingga 2 jam. namun setelah saya kembali lagi ketempat ini, angkutan umum pemerintah itu sudah berhenti beroperasi dan digantikan oleh pihak swasta yang harganya lumayan berkali lipat lebih mahal. 
sedangkan jarak dekat, kita hanya mengandalkan kendaraan pribadi. 
" andaikan disini ada angkutan umum ya de, mamah bisa jalan-jalan sendiri tanpa nyusahin kalian." 
pernah suatu hari mama nekat pergi seorang diri, harus berjalan kaki agar bertemu ojek dijalan. namun sialnya ia tidak menemukan satupun ojek yang berkeliaran, sampai akhirnya berpapasan dengan tetangga yang mengajak mama untuk naik. dan hal pertama yang ditanyakan oleh tetangga adalah, "anaknya kemana? kok gak diantar?" sejak saat itulah Mama tidak pernah pergi seorang diri, karena stigma negatif yang didapatka anak-anaknya. " lah, kok jadi anak gue yang terkesan durhaka" padahal adakala orang tua yang biasa memiliki mobilitas tinggi, menginginkan sesuatu untuk menyendiri atau memiliki privasi. 

lalu muncullah imaginasi-imaginasi dalam diri saya mengenai angkutan umum, andai saja saya memiliki modal / ada pihak yang memiliki modal dapat merealisasikan agar tersedianya angkutan umum jarak dekat di Pulau ini. 

dan berikut beberapa contoh kendaraan umum, yang sepertinya menarik apabila tersedia di tempat yang potensial akan pariwisatanya:

1. Bentor



Seperti di wilayah Indonesia lain-nya terutama di Daerah Sumatera Utara, kendaraan ini dengan mudah di temui di jalan-jalan kota Medan. kendaraan yang dimodifikasi dari motor dan becak yang dapat di tumpangi oleh 3 orang bertubuh kecil (anak-anak) atau sepasang turis asing seperti yang saya ceritakan diatas. atau cocok untuk mama yang punya hobi baru setelah di belikan handphone dengan kamera semua yang menurutnya bagus akan di foto oleh mamah. apalagi menumpangi Bentor ini dari Ranai Kota sampai Desa Sepempang yang melintasi garis pantai yang Indah akan menambah daya tarik tersendiri. 

2. Tuk-Tuk 




Tuk-Tuk, kendaraan yang bentuknya seperti Bemo kalau di Jakarta, merupakan kendaraan umum yang ada di Negara Thailand. bagi tuk-tuk yang sudah dimodifikasi, kapasitas penumpang akan lebih banyak. apalagi jika tuk-tuk di modifikasi dengan design berwarna cerah sesuai dengan ciri khas masyarakat Natuna yang sangat menyukai warna-warna cerah hal itu dapat dilihat dari bangunan-bangunan rumah yang di cat dengan warna-warna seperti kuning cerah, hijau toska, merah, dan pink. 

3. Trem


Kalau jenis angkutan umum seperti ini sih, a little bit to much.. tapi seru juga kalau daerah pesisir seperti Natuna ini memiliki angkutan umum seperti ini. membuat para wisatawan berbondong-bondong ingin mengunjungi pulau ini (walau harga tiket pesawatnya mencekik kantong). tetapi selama di sajikan dengan hal-hal yang Antimainstream, pasti peminat akan mencari sesuatu yang tidak umum atau tidak ada di tempat asalnya. 


ya! ketiga angkutan umum diatas merupakan hasil khayalan saya selama ada dipulau ini, yang juga merupakan kegundahaan ibu dan anak yang biasa tinggal di kota dengan angkutan umum yang sering bertengkar karena berebut penumpang. 

semoga saja apa yang saya dambakan ini dapat terealisasi suatu hari nanti.